BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Stroke menempati urutan kedua sebagai
penyebab kecacatan di negara maju dan penyebab kematian di dunia setelah
penyakit jantung iskemik (Lipska et al., 2007; van der Worp et al., 2007). Lebih
dari dua pertiga penderita stroke di dunia berasal dari negara berkembang, di
mana usia rata-rata penderitanya 15 tahun lebih muda daripada penderita di
negara maju (Lipska et al., 2007). Di Indonesia prevalensi stroke mencapai
angka 8,3 per 1.000 penduduk dan berdasarkan hasil Surkesnas 2001 penyakit
sistem sirkulasi darah berupa penyakit jantung, stroke, hipertensi, merupakan
penyebab utama kematian yaitu 26,3% kematian.
Prevalensi stroke di Indonesia menempati
urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di Indonesia. Stroke,
bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung
lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di
Indonesia (Departemen Kesehatan R.I, 2009).
Dampak dari serangan stroke sangat
bergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan, dan juga usia serta status
kesehatan sebelum stroke. Stroke hemoragik memiliki risiko kematian yang lebih
tinggi dari iskemik. Sekitar 20% dari penderita stroke akan bergantung pada
orang lain untuk melakukan kegiatan sehari-hari (seperti mencuci, berpakaian,
dan berjalan) pada 12 bulan pertama.
Pentingnya memiliki pengetahuan tentang
penyakit stroke yaitu sebagai antisipasi terhadap upaya pencegahan timbulnya
penyakit stroke. Disamping itu pentingnya meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit stroke bagi penderita stroke yaitu untuk mengoptimalkan usaha
penyembuhan penyakit stroke sehingga lebih efektif dan efisien.
B.
Tujuan
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka tujuan penulisan makalah ini sebagai
berikut:
1.
Mendeskripsikan definisi stroke
2.
Klasifikasi stroke
3.
Faktor risiko terjadinya stroke
4.
Akibat penyakit stroke
5.
Pemeriksaan penyakit stroke
6.
Pencegahan penyakit stroke
C.
Manfaat
Makalah
ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya tentang penyakit stroke. Pentingnya
pengetahuan tentang penyakit stroke yaitu sebagai upaya pencegahan terhadap
berbagai penyebab terjadinya stroke atau sebagai upaya peningkatan pengetahuan tentang
penyakit stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Stroke
WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan
saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan
gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah di
otak, yang berlangsung selama 24 jam atau lebih(Sutrisno,2007).
B.
Klasifikasi Stroke
Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa kriteria. Menurut Sutrisno klasifikasi tersebut antara lain: 1. Stroke
iskemik a. Trombosis serebri b. Emboli serebri 2. Stroke hemoragik a.
Perdarahan intraserebral b. Perdarahan subarakhnoid 3. Transient Ischemic
Attack (TIA) Secara keseluruhan, stroke iskemik terjadi tiga sampai empat
kali lebih banyak daripada stroke hemoragik dan mencakup sekitar 70-80% dari
seluruh penderita stroke.
C.
Faktor Risiko Terjadinya
Stroke
Faktor risiko terjadinya stroke dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu:
1.
Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi
a.
Usia
b.
Jenis kelamin
c.
Ras
d.
Riwayat keluarga
e.
Riwayat stroke/ TIA
2.
Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi
a.
Hipertensi
b.
Kolesterol
c.
Diabetes
d.
Penyakit Jantung
e.
Obesitas
f.
Konsumsi alkohol
g.
Stres (Heart & Stroke
Foundation).
D.
Akibat penyakit stroke
Sekitar 8-20% penderita stroke iskemik
memiliki risiko kematian yang tinggi pada 30 hari pertama setelah serangan
stroke. Kematiannya lebih disebabkan komplikasi kardiopulmonal daripada
disebabkan kerusakan jaringan otaknya. Selain menyebabkan kematian, risiko lain
yang sering menimbulkan masalah adalah terjadinya recurrent stroke (stroke
berulang). Dan kemungkinan terjadinya stroke berulang pada 30 hari pertama
stroke sekitar 3-10%. Kejadian stroke berulang banyak menimbulkan kerugian,
seperti : peningkatan risiko kematian, rawat inap yang lebih lama, dan risiko
menimbulkan kecacatan yang lebih buruk (Houston&Rowland, 2000).
E.
Pemeriksaan yang
Dilakukan pada Saat Terjadi Stroke
Pemeriksaan neurologik dalam penanganan
kegawatdaruratan, termasuk kasus stroke iskemik, haruslah cepat, tepat dan
menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan skala atau sistem
skoring yang formal seperti National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS).
NIHSS tidak hanya menilai derajat defisit neurologis, tetapi juga memfasilitasi
komunikasi antara pasien dan tenaga medis, mengidentifikasi kemungkinan
sumbatan pembuluh darah, menentukan prognosis awal dan komplikasi serta
menentukan intervensi yang diperlukan. Skor NIHSS <20 mengindikasikan stroke
dalam tingkat ringan sampai sedang. Skor NIHSS ≥20 mengindikasikan stroke dalam
tingkat yang parah.
Tabel 2.1. National Institute of
Health Stroke Scale (Adams, dkk., 2007)
Tabel 2.2. Pemeriksaan penunjang
dalam penanganan awal stroke iskemik (Adams, dkk., 2007)
F.
Pencegahan Stroke
Stroke memang
mematikan, tetapi bukan berarti tidak bisa dicegah. Menurut beberapa peneliti,
85% kemungkinan terjadinya stroke dapat dicegah. Untuk melakukan pencegahan,
penting untuk mengetahui faktor risiko apa yang dimiliki. Faktor risiko yang
penting diketahui adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes
mellitus. Faktor tersebut harus dilakukan kontrol karena merupakan faktor
risiko utama, selain itu kita juga dapat mendeteksi dini terjadinya stroke jika
dilakukan kontrol dan pemeriksaan secara teratur yang bisa menghasilkan terapi
dan hasil yang lebih baik(Sutrisno,2007). Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan
menjaga kebiasaan hidup sehat. Kebiasaan hidup sehat itu disebut juga paradigma
hidup sehat, yang berisi anjuran: 1.Hentikan merokok, 2.Hentikan kebiasaan
minum alkohol, 3.Periksa kadar kolesterol, 4.Periksa dan kontrol penyakit
diabetes, 5.Berolahraga secara teratur, 6.Kontrol konsumsi garam, 7.Hindari
stres dan depresi, 8.Hindari obesitas. (Sutrisno, 2007) Walaupun pasien telah
mengalami stroke, kita tetap melakukan pencegahan terjadinya stroke agar tidak
berulang. Dan fokus untuk pencegahannya bukan hanya anjuran hidup sehat
melainkan juga kontrol atau pengobatan terhadap faktor risiko yang dimiliki,
seperti: Pemberian terapi antiplatelet(Aspirin) untuk pencegahan serangan ulang
pada seluruh pasien yang sebelumnya mengalami stroke iskemik atau TIA dengan
dosis 50-325mg per hari. Selain itu diperlukan juga kontrol terhadap penyakit
jantung yang dimiliki seperti pemberian antikoagulan untuk penderita stroke
akibat kardioemboli.
Kontrol
terhadap penyakit vaskular, seperti :
1.
Hipertensi
Hipertensi harus diatasi untuk mencegah terjadinya serangan ulang
stroke. Menurut Canadian Hypertension Education Program (CHEP), target
tekanan darah untuk pencegahan stroke adalah <140/90mmHg (135/85mmHg untuk
pengukuran di rumah).
2.
Diabetes
Pada penderita diabetes, tekanan darah tetap kita kontrol dan
nilainya <130/80mmHg. Bagi penderita dianjurkan mencapai nilai hampir normal
untuk mengurangi komplikasi vaskular. Menurut Canadian Diabetes Association,
target untuk kadar gula darah adalah 4.0-7.0mmol/L saat puasa dan 5.0-10.0mmol/L
2 jam setelah makan.
3.
Kolesterol
Pasien dengan kadar Low Density Lipoproteins-Cholesterol
(LDL-C) >2.0 mmol/L harus dilakukan modifikasi gaya hidup, diet, dan
pengobatan dengan statin. Hal ini dilakukan sampai didapati kadar LDL-C <2.0
mmol/L. Kontrol terhadap perilaku yang bisa diubah :
4.
Merokok
Semua penderita stroke yang merokok harus dianjurkan berhenti
merokok. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan terapi tambahan berupa
terapi pengganti nikotin dan terapi perilaku.
5.
Alkohol
Pasien yang merupakan peminum berat seharusnya berhenti atau
mengurangi konsumsi alkohol sampai ke titik yang aman, yaitu berkisar 14
minuman dalam 1 minggu untuk pria dan 9 minuman untuk wanita. Tetapi, titik
aman tersebut tidak sama untuk semua orang sehingga berhenti mengkonsumsi
alkohol lebih baik.
6.
Obesitas
Penurunan berat badan merupakan hal yang dianjurkan sampai dicapai
BMI 18.5-24.9kg/m2 dan lingkar pinggang <88 cm untuk wanita dan <102 cm
untuk pria. Konsumsi makanan rendah lemak dan natrium, dan banyak konsumsi buah
dan sayur dianjurkan.
7.
Aktivitas fisik
Bagi penderita stroke yang mampu melakukan aktivitas fisik, latihan
fisik 30-60 menit seperti berjalan, jogging, bersepeda selama 4-7 hari dalam
seminggu dapat mengurangi faktor risiko dan faktor lain yang dapat meningkatkan
kejadian stroke. (APSS,2007 dan AHA,2006).
BAB
III
KESIMPULAN
Penyakit stroke merupakan gangguan saraf
yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan
aliran darah otak, yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah di otak. Dampak
dari serangan stroke sangat bergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan, dan
juga usia serta status kesehatan sebelum stroke. Pentingnya memiliki
pengetahuan tentang penyakit stroke yaitu sebagai antisipasi terhadap upaya
pencegahan timbulnya penyakit stroke.
DAFTAR
PUSTAKA
Alberta Provincial Stroke Strategy. 2000. Secondary Stroke
Prevention. Alberta Provincial Stroke Strategy.
Davenport, R. & Dennis, M., 2000. Neurological Emergencies:
Acute Stroke. J Neurol Neurosurg Psychiatry, 68: 277-288.
Fischer, U., et. al., 2005. NIHSS Score and Arteriographic Findings
in Acute Ischemic Stroke. Stroke, 36: 2121-2125.
Hasnawati, Sugito, Purwanto, H., dan Brahim, R., 2009. Profil
Kesehatan Indonesia 2008. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar