Translate

Sabtu, 04 Agustus 2012

PENYAKIT STROKE


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Stroke menempati urutan kedua sebagai penyebab kecacatan di negara maju dan penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik (Lipska et al., 2007; van der Worp et al., 2007). Lebih dari dua pertiga penderita stroke di dunia berasal dari negara berkembang, di mana usia rata-rata penderitanya 15 tahun lebih muda daripada penderita di negara maju (Lipska et al., 2007). Di Indonesia prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk dan berdasarkan hasil Surkesnas 2001 penyakit sistem sirkulasi darah berupa penyakit jantung, stroke, hipertensi, merupakan penyebab utama kematian yaitu 26,3% kematian.
Prevalensi stroke di Indonesia menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di Indonesia. Stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia (Departemen Kesehatan R.I, 2009).
Dampak dari serangan stroke sangat bergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan, dan juga usia serta status kesehatan sebelum stroke. Stroke hemoragik memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dari iskemik. Sekitar 20% dari penderita stroke akan bergantung pada orang lain untuk melakukan kegiatan sehari-hari (seperti mencuci, berpakaian, dan berjalan) pada 12 bulan pertama.
Pentingnya memiliki pengetahuan tentang penyakit stroke yaitu sebagai antisipasi terhadap upaya pencegahan timbulnya penyakit stroke. Disamping itu pentingnya meningkatkan pengetahuan tentang penyakit stroke bagi penderita stroke yaitu untuk mengoptimalkan usaha penyembuhan penyakit stroke sehingga lebih efektif dan efisien.

B.       Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.      Mendeskripsikan definisi stroke
2.      Klasifikasi stroke
3.      Faktor risiko terjadinya stroke
4.      Akibat penyakit stroke
5.      Pemeriksaan penyakit stroke
6.      Pencegahan penyakit stroke

C.      Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya tentang penyakit stroke. Pentingnya pengetahuan tentang penyakit stroke yaitu sebagai upaya pencegahan terhadap berbagai penyebab terjadinya stroke atau sebagai upaya peningkatan pengetahuan tentang penyakit stroke.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Definisi Stroke
WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah di otak, yang berlangsung selama 24 jam atau lebih(Sutrisno,2007).

B.       Klasifikasi Stroke
Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Menurut Sutrisno klasifikasi tersebut antara lain: 1. Stroke iskemik a. Trombosis serebri b. Emboli serebri 2. Stroke hemoragik a. Perdarahan intraserebral b. Perdarahan subarakhnoid 3. Transient Ischemic Attack (TIA) Secara keseluruhan, stroke iskemik terjadi tiga sampai empat kali lebih banyak daripada stroke hemoragik dan mencakup sekitar 70-80% dari seluruh penderita stroke.

C.      Faktor Risiko Terjadinya Stroke
Faktor risiko terjadinya stroke dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1.      Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a.         Usia
b.         Jenis kelamin
c.         Ras
d.        Riwayat keluarga
e.         Riwayat stroke/ TIA
2.      Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a.         Hipertensi
b.         Kolesterol
c.         Diabetes
d.        Penyakit Jantung
e.         Obesitas
f.          Konsumsi alkohol
g.         Stres (Heart & Stroke Foundation).

D.      Akibat penyakit stroke
Sekitar 8-20% penderita stroke iskemik memiliki risiko kematian yang tinggi pada 30 hari pertama setelah serangan stroke. Kematiannya lebih disebabkan komplikasi kardiopulmonal daripada disebabkan kerusakan jaringan otaknya. Selain menyebabkan kematian, risiko lain yang sering menimbulkan masalah adalah terjadinya recurrent stroke (stroke berulang). Dan kemungkinan terjadinya stroke berulang pada 30 hari pertama stroke sekitar 3-10%. Kejadian stroke berulang banyak menimbulkan kerugian, seperti : peningkatan risiko kematian, rawat inap yang lebih lama, dan risiko menimbulkan kecacatan yang lebih buruk (Houston&Rowland, 2000).

E.       Pemeriksaan yang Dilakukan pada Saat Terjadi Stroke
Pemeriksaan neurologik dalam penanganan kegawatdaruratan, termasuk kasus stroke iskemik, haruslah cepat, tepat dan menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan skala atau sistem skoring yang formal seperti National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS). NIHSS tidak hanya menilai derajat defisit neurologis, tetapi juga memfasilitasi komunikasi antara pasien dan tenaga medis, mengidentifikasi kemungkinan sumbatan pembuluh darah, menentukan prognosis awal dan komplikasi serta menentukan intervensi yang diperlukan. Skor NIHSS <20 mengindikasikan stroke dalam tingkat ringan sampai sedang. Skor NIHSS ≥20 mengindikasikan stroke dalam tingkat yang parah.
Tabel 2.1. National Institute of Health Stroke Scale (Adams, dkk., 2007)
Tabel 2.2. Pemeriksaan penunjang dalam penanganan awal stroke iskemik (Adams, dkk., 2007)



F.       Pencegahan Stroke
Stroke memang mematikan, tetapi bukan berarti tidak bisa dicegah. Menurut beberapa peneliti, 85% kemungkinan terjadinya stroke dapat dicegah. Untuk melakukan pencegahan, penting untuk mengetahui faktor risiko apa yang dimiliki. Faktor risiko yang penting diketahui adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes mellitus. Faktor tersebut harus dilakukan kontrol karena merupakan faktor risiko utama, selain itu kita juga dapat mendeteksi dini terjadinya stroke jika dilakukan kontrol dan pemeriksaan secara teratur yang bisa menghasilkan terapi dan hasil yang lebih baik(Sutrisno,2007). Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan menjaga kebiasaan hidup sehat. Kebiasaan hidup sehat itu disebut juga paradigma hidup sehat, yang berisi anjuran: 1.Hentikan merokok, 2.Hentikan kebiasaan minum alkohol, 3.Periksa kadar kolesterol, 4.Periksa dan kontrol penyakit diabetes, 5.Berolahraga secara teratur, 6.Kontrol konsumsi garam, 7.Hindari stres dan depresi, 8.Hindari obesitas. (Sutrisno, 2007) Walaupun pasien telah mengalami stroke, kita tetap melakukan pencegahan terjadinya stroke agar tidak berulang. Dan fokus untuk pencegahannya bukan hanya anjuran hidup sehat melainkan juga kontrol atau pengobatan terhadap faktor risiko yang dimiliki, seperti: Pemberian terapi antiplatelet(Aspirin) untuk pencegahan serangan ulang pada seluruh pasien yang sebelumnya mengalami stroke iskemik atau TIA dengan dosis 50-325mg per hari. Selain itu diperlukan juga kontrol terhadap penyakit jantung yang dimiliki seperti pemberian antikoagulan untuk penderita stroke akibat kardioemboli.
Kontrol terhadap penyakit vaskular, seperti :
1.        Hipertensi
Hipertensi harus diatasi untuk mencegah terjadinya serangan ulang stroke. Menurut Canadian Hypertension Education Program (CHEP), target tekanan darah untuk pencegahan stroke adalah <140/90mmHg (135/85mmHg untuk pengukuran di rumah).



2.        Diabetes
Pada penderita diabetes, tekanan darah tetap kita kontrol dan nilainya <130/80mmHg. Bagi penderita dianjurkan mencapai nilai hampir normal untuk mengurangi komplikasi vaskular. Menurut Canadian Diabetes Association, target untuk kadar gula darah adalah 4.0-7.0mmol/L saat puasa dan 5.0-10.0mmol/L 2 jam setelah makan.
3.        Kolesterol
Pasien dengan kadar Low Density Lipoproteins-Cholesterol (LDL-C) >2.0 mmol/L harus dilakukan modifikasi gaya hidup, diet, dan pengobatan dengan statin. Hal ini dilakukan sampai didapati kadar LDL-C <2.0 mmol/L. Kontrol terhadap perilaku yang bisa diubah :
4.        Merokok
Semua penderita stroke yang merokok harus dianjurkan berhenti merokok. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan terapi tambahan berupa terapi pengganti nikotin dan terapi perilaku.
5.        Alkohol
Pasien yang merupakan peminum berat seharusnya berhenti atau mengurangi konsumsi alkohol sampai ke titik yang aman, yaitu berkisar 14 minuman dalam 1 minggu untuk pria dan 9 minuman untuk wanita. Tetapi, titik aman tersebut tidak sama untuk semua orang sehingga berhenti mengkonsumsi alkohol lebih baik.
6.        Obesitas
Penurunan berat badan merupakan hal yang dianjurkan sampai dicapai BMI 18.5-24.9kg/m2 dan lingkar pinggang <88 cm untuk wanita dan <102 cm untuk pria. Konsumsi makanan rendah lemak dan natrium, dan banyak konsumsi buah dan sayur dianjurkan.
7.        Aktivitas fisik
Bagi penderita stroke yang mampu melakukan aktivitas fisik, latihan fisik 30-60 menit seperti berjalan, jogging, bersepeda selama 4-7 hari dalam seminggu dapat mengurangi faktor risiko dan faktor lain yang dapat meningkatkan kejadian stroke. (APSS,2007 dan AHA,2006).
BAB III
KESIMPULAN

Penyakit stroke merupakan gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah di otak. Dampak dari serangan stroke sangat bergantung pada lokasi dan luasnya kerusakan, dan juga usia serta status kesehatan sebelum stroke. Pentingnya memiliki pengetahuan tentang penyakit stroke yaitu sebagai antisipasi terhadap upaya pencegahan timbulnya penyakit stroke.

DAFTAR PUSTAKA

Alberta Provincial Stroke Strategy. 2000. Secondary Stroke Prevention. Alberta Provincial Stroke Strategy.
Davenport, R. & Dennis, M., 2000. Neurological Emergencies: Acute Stroke. J Neurol Neurosurg Psychiatry, 68: 277-288.
Fischer, U., et. al., 2005. NIHSS Score and Arteriographic Findings in Acute Ischemic Stroke. Stroke, 36: 2121-2125.
Hasnawati, Sugito, Purwanto, H., dan Brahim, R., 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Sastroasmoro, S. & Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ketiga. Jakarta: Sagung Seto. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar