Translate

Sabtu, 04 Agustus 2012

iptek kes


BAB I

PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Makalah ini saya buat berdasar kan tugas dari dosen yang bersangkutan dengan tujuan agar saya bisa mengerti terlebih dahulu tentang perdaban budaya,peradaban social ekonomi,peradab kluarga, peradaban sehat dan sakit pada masyarakat modern dan tradisional dan peradaban intergritas pelayanan kesehatan dan IPTEK KES pada berbagai social budaya masyarakat.makalah ini saya buat berdasarkan kerja saya sendiri.

B.       Tujuan
Tujuan saya membuat makalah ini adalah agar pembaca dapat lebih mengerti dengan menjabarkan beserta gamabar-gambar tentang peradaban budaya,peradaban social ekonomi,peradaban kluarga,peradaban sehat dan sakit pada masyarakat modern dan tradisional dan peradaban intergritas pelayanan kesehatan dan IPTEK KES pada berbagai social budaya masyarakat.





BAB II


A.      GAMBARAN TENTANG PERADABAN BUDAYA
Sejarah Cina adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Peradaban Cina berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada zaman Neolitikum. Sejarah tertulis Cina dimulai sejak Dinasti Shang (k. 1750 SM - 1045 SM).[1] Cangkang kura-kura dengan tulisan Cina kuno yang berasal dari Dinasti Shang memiliki penanggalan radiokarbon hingga 1500 SM.[2] Budaya, sastra, dan filsafat Cina berkembang pada zaman Dinasti Zhou (1045 SM hingga 256 SM) yang melanjutkan Dinasti Shang. Dinasti ini merupakan dinasti yang paling lama berkuasa dan pada zaman dinasti inilah tulisan Cina modern mulai berkembang.
Dinasti Zhou terpecah menjadi beberapa negara kota, yang menciptakan Periode Negara Perang. Pada tahun 221 SM, Qin Shi Huang menyatukan berbagai kerajaan ini dan mendirikan kekaisaran pertama Cina. Pergantian dinasti dalam sejarah Cina telah mengembangkan suatu sistem birokrasi yang memungkinkan Kaisar Cina memiliki kendali langsung terhadap wilayah yang luas.
Pandangan konvensional terhadap sejarah Cina adalah bahwa Cina merupakan suatu negara yang mengalami pergantian antara periode persatuan dan perpecahan politis yang kadang-kadang dikuasai oleh orang-orang asing, yang sebagian besar terasimiliasi ke dalam populasi Suku Han. Pengaruh budaya dan politik dari berbagai wilayah di Asia, yang dibawa oleh gelombang imigrasi, ekspansi, dan asimilasi yang bergantian, menyatu untuk membentuk budaya Cina modern.
Homo erectus telah mendiami daerah yang sekarang dikenal sebagai Cina sejak zaman Paleolitik, lebih dari satu juta tahun yang lalu [3]. Kajian menunjukkan bahwa peralatan batu yang ditemukan di situs Xiaochangliang telah berumur 1,36 juta tahun [4]. Situs arkeologi Xihoudu di provinsi Shanxi menunjukkan catatan paling awal penggunaan api oleh Homo erectus, yang berumur 1,27 juta tahun yang lalu [3]. Ekskavasi di Yuanmou dan Lantian menunjukkan pemukiman yang lebih lampau. Spesimen Homo erectus paling terkenal yang ditemukan di Cina adalah Manusia Peking yang ditemukan pada tahun 1965.
Tiga pecahan tembikar yang berasal dari 16500 dan 19000 SM ditemukan di Gua Liyuzui di Liuzhou, provinsi Guangxi
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e2/PeiligangCulture-RedPotWithTwoEars-ShanghaiMuseum-May27-08.jpg/125px-PeiligangCulture-RedPotWithTwoEars-ShanghaiMuseum-May27-08.jpg
Tembikar Neolitik Cina.
Zaman Neolitik di Cina dapat dilacak hingga 10.000 SM [6]. Bukti-bukti awal pertanian milet memiliki penanggalan radiokarbon sekitar 7000 SM [7]. Kebudayaan Peiligang di Xinzheng, Henan berhasil diekskavasi pada tahun 1977 [8]. Dengan berkembangnya pertanian, muncul peningkatan populasi, kemampuan menyimpan dan mendistribusikan hasil panen, serta pengerajin dan pengelola [9]. Pada akhir Neolitikum, lembah Sungai Kuning mulai berkembang menjadi pusat kebudayaan dengan penemuan arkeologis signifikan ditemukan di Banpo, Xi'an [10]. Sungai Kuning dinamakan demikian disebabkan terdapatnya debu sedimen (loess) yang bertumpuk di tepi sungai dan tanah sekitarnya, yang kemudian setelah terbenam di sungai menimbulkan warna yang kekuning-kuningan pada air sungai tersebut.[11]
Sejarah awal Cina dibuat rumit oleh kurangnya tulisan pada periode ini dan dokumen-dokumen pada masa sesudahnya yang mencampurkan fakta dan fiksi pada zaman ini. Pada 7000 SM, penduduk Cina bercocok tanam milet, menumbuhkan kebudayaan Jiahu. Di Damaidi di Ningxia, ditemukan 3.172 lukisan gua berasal dari 6000-5000 SM yang mirip dengan karakter-karakter awal yang dikonfirmasi sebagai tulisan Cina [12][13]. Kebudayaan Yangshao yang muncul belakangan dilanjutkan dengan kebudayaan Longshan pada sekitar 2500 SM.

B.       GAMBARAN TENTANG SOSIAL EKONOMI
Republik Rakyat Cina (RRC; Pinyin: Zhōnghuá Rénmín Gònghéguó; Hanzi tradisional: 中華人民共和國; Hanzi Sederhana: 华人民共和国; juga disebut Republik Rakyat Tiongkok/RRT) adalah sebuah negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh wilayah kebudayaan, sejarah, dan geografis yang dikenal sebagai Cina. Sejak didirikan pada 1949, RRC telah dipimpin oleh Partai Komunis Cina (PKC). Sekalipun seringkali dilihat sebagai negara komunis, kebanyakan ekonomi republik ini telah diswastakan sejak tiga dasawarsa yang lalu. Walau bagaimanapun, pemerintah masih mengawasi ekonominya secara politik terutama dengan perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan sektor perbankan. Secara politik, ia masih tetap menjadi pemerintahan satu partai.
RRC adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan populasi melebihi 1,3 miliar jiwa, yang mayoritas merupakan bersuku bangsa Han. RRC juga adalah negara terbesar di Asia Timur, dan ketiga terluas di dunia, setelah Rusia dan Kanada. RRC berbatasan dengan 14 negara: Afganistan, Bhutan, Myanmar, India, Kazakhstan, Kirgizia, Korea Utara, Laos, Mongolia, Nepal, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Vietnam.
Dalam suatu pertikaian yang terus berlangsung, RRC menuntut hak memerintah atas Taiwan dan pulau-pulau sekitarnya yang tidak pernah dilepaskan oleh Republik Cina. Pemerintah RRC mendakwa bahwa Republik Cina merupakan suatu entitas yang tidak lagi wujud dan secara administratif meletakkan Taiwan sebagai provinsi ke-23 RRC. (Lihat Cina dan Status politik Taiwan untuk informasi lebih lanjut).
RRC mengklaim kedaulatan terhadap Taiwan namun tidak memerintahnya (hal yang sama juga berlaku terhadap Pescadores, Quemoy, dan Matsu). Status politik Taiwan merupakan hal yang kontroversial; Taiwan diperintah Republik Cina, yang kini berbasis di Taipei. Republik Cina mengklaim kedaulatan terhadap seluruh Cina daratan dan begitu juga dengan RRC.
Cina Daratan merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada kawasan di bawah pemerintahan RRC dan tidak termasuk kawasan administrasi khusus Hong Kong dan Macau. Pemerintah RRC melihat pemerintahannya di Cina sebagai Tiongkok Baru (新中国) saat membandingkan dirinya dengan Cina sebelum tahun 1949. RRC juga dijuluki sebagai "Cina Merah" bagai kawasan yang sama, terutama oleh musuhnya di Barat, dengan merujuk kepada warna merah yang merupakan lambang komunis.
1.         Sejarah
Setelah Perang Dunia II, Perang Saudara Cina antara Partai Komunis Cina dan Kuomintang berakhir pada 1949 dengan pihak komunis menguasai Cina Daratan dan Kuomintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas pantai di Fujian. Pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Cina dan mendirikan sebuah negara komunis.[1]
Para pendukung Era Maoisme, yang terdiri dari kebanyakan rakyat Cina miskin dan lebih tradisionil atau nasionalis dan pemerhati asing yang percaya kepada komunisme, mengatakan bahwa di bawah Mao, persatuan dan kedaulatan Cina dapat dipastikan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir, dan terdapat perkembangan infrastruktur, industri, kesehatan, dan pendidikan, yang mereka percayai telah membantu meningkatkan standar hidup rakyat. Mereka juga yakin bahwa kampanye seperti Lompatan Jauh ke Depan dan Revolusi Kebudayaan penting dalam mempercepat perkembangan Cina dan menjernihkan kebudayaan mereka. Pihak pendukung juga ragu terhadap statistik dan kesaksian yang diberikan mengenai jumlah korban jiwa dan kerusakan lainnya yang disebabkan kampanye Mao.
Meskipun begitu, para kritikus rezim Mao, yang terdiri dari mayoritas analis asing dan para peninjau serta beberapa rakyat Cina, khususnya para anggota kelas menengah dan penduduk kota yang lebih terbuka pemikirannya, mengatakan bahwa pemerintahan Mao membebankan pengawasan yang ketat terhadap kehidupan sehari-hari rakyat, dan yakin bahwa kampanye seperti Lompatan Jauh ke Depan dan Revolusi Kebudayaan berperan atau mengakibatkan hilangnya jutaan jiwa, mendatangkan biaya ekonomi yang besar, dan merusak warisan budaya Cina. Lompatan Jauh ke Depan, pada khusunya, mendahului periode kelaparan yang besar di Cina yang, menurut sumber-sumber Barat dan Timur yang dapat dipercaya, mengakibatkan kematian 45 juta orang[2]; kebanyakan analis Barat dan Cina mengatakan ini disebabkan Lompatan Jauh ke Depan namun Mao dan lainnya mengatakan ini disebabkan musibah alam; ada juga yang meragukan angka kematian tersebut, atau berkata bahwa lebih banyak orang mati karena kelaparan atau sebab politis lainnya pada masa pemerintahan Chiang Kai Shek.
Setelah kegagalan ekonomi pada awal 1960-an, Mao mundur dari jabatannya sebagai ketua umum Cina. Kongres Rakyat Nasional melantik Liu Shaoqi sebagai pengganti Mao. Mao tetap menjadi ketua partai namun dilepas dari tugas ekonomi sehari-hari yang dikontrol dengan lebih lunak oleh Liu Shaoqi, Deng Xiaoping dan lainnya yang memulai reformasi keuangan.
Pada 1966 Mao meluncurkan Revolusi Kebudayaan, yang dilihat lawannya (termasuk analis Barat dan banyak remaja Cina kala itu) sebagai balasan terhadap rival-rivalnya dengan memobilisasi para remaja untuk mendukung pemikirannya dan menyingkirkan kepemimpinan yang lunak pada saat itu, namun oleh pendukungnya dipandang sebagai sebuah percobaan demokrasi langsung dan sebuah langkah asli dalam menghilangkan korupsi dan pengaruh buruk lainnya dari masyarakat Cina. Kekacauan pun timbul namun hal ini segera berkurang di bawah kepemimpinan Zhou Enlai di mana para kekuatan moderat kembali memperoleh pengaruhnya. Setelah kematian Mao, Deng Xiaoping berhasil memperoleh kekuasaan dan janda Mao, Jiang Qing beserta rekan-rekannya, Kelompok Empat, yang telah mengambil alih kekuasaan negara, ditangkap dan dibawa ke pengadilan.
Sejak saat itu, pihak pemerintah telah secara bertahap (dan telah banyak) melunakkan kontrol pemerintah terhadap kehidupan sehari-hari rakyatnya, dan telah memulai perpindahan ekonomi Cina menuju sistem berbasiskan pasar.
Para pendukung reformasi keuangan – biasanya rakyat kelas menengah dan pemerhati Barat berhaluan kiri-tengah dan kanan – menunjukkan bukti terjadinya perkembangan pesat pada ekonomi di sektor konsumen dan ekspor, terciptanya kelas menengah (khususnya di kota pesisir di mana sebagian besar perkembangan industri dipusatkan) yang kini merupakan 15% dari populasi, standar hidup yang kian tinggi (diperlihatkan melalui peningkatan pesat pada GDP per kapita, belanja konsumen, perkiraan umur, persentase baca-tulis, dan jumlah produksi beras) dan hak dan kebebasan pribadi yang lebih luas untuk masyarakat biasa.


C.      GAMBARAN TENTANG KELUARGA DI CHINA
1.         Perkahwinan Masyarakat Cina
Perkahwinan Cina (pinyin: hūn yīn) secara tradisi diatur antara keluarga-keluarga berkenaan. Pada asalnya, kebudayaan Cina membenarkan percintaan, dengan monogami merupakan norma masyarakat etnik Cina.
a.         Perkahwinan dalam konteks Konfusianisme
Dalam pemikiran Konfusianisme, perkahwinan merupakan suatu peristiwa yang amat penting kepada kedua-dua unit keluarga serta masyarakat. Secara tradisi dalam kebudayaan Cina, inses telah ditakrifkan sebagai perkahwinan antara dua orang dengan nama keluarga yang sama. Dari sudut pandangan sebuah keluarga yang menganuti Konfusianisme, perkahwinan merapatkan keluarga-keluarga dengan nama keluarga yang berlainan dan meneruskan jurai keturunan klan bapanya. Secara amnya, ini merupakan sebab utama mengapa anak lelaki diutamakan berbanding dengan anak perempuan ketika melahirkan anak. Oleh itu, manfaat dan kelemahan sesuatu perkahwinan adalah penting kepada seluruh keluarga, bukannya sahaja kepada pasangan yang berkenaan. Secara sosial, sepasang suami isteri dianggap sebagai unit asas masyarakat Cina. Dalam sejarah Cina, terdapat banyak perkahwinan yang menjejaskan kestabilan politik negara dan hubungan-hubungan antarabangsanya. Sejak zaman Dinasti Han, raja puak-puak asing yang kuat seperti puak Mongol, Manchu, Xiongnu, dan Turki, sering menuntut perempuan-perempuan daripada keluarga diraja Cina. Banyak zaman dalam sejarah Cina juga dikuasai oleh keluarga isteri atau ibu Maharaja. Oleh itu, perkahwinan kekadang juga berkait dengan politik.
b.        Perkahwinan Cina prasejarah
Perkahwinan dalam Masyarakat-masyarakat Awal Dalam pemikiran Cina tradisional, orang-orang dalam masyarakat "primitif" tidak berkahwin, tetapi melakukan hubungan seks antara satu sama lain secara sembarangan. Mereka dianggap sebagai menghidup seperti haiwan-haiwan yang lain, dan tidak mempunyai konsep yang tepat terhadap keibuan, kebapaan, adik-beradik, suami dan isteri, serta jantina, apa lagi tentang penjodohan dan upacara perkahwinan. Sebahagian daripada "misi peradaban" Konfusianisme adalah untuk mentakrifkan apa yang dimaksudkan dengan konsep bapa atau suami, serta untuk mengajar manusia menghormati hubungan yang wajar antara ahli-ahli keluarga dan mengawal tingkah laku seks.
c.         Perkahwinan antara adik-beradik
Perkahwinan antara adik-beradik, walaupun dilarang dalam kebudayaan Cina, pernah dilaporkan dalam mitologi Cina yang amat awal. Terdapat sebuah cerita tentang perkahwinan antara Nüwa (perempuan) dan Fu Xi (lelaki) yang merupakan adik-beradik. Ketika itu, dunia masih tidak mempunyai banyak penduduk. Adik beradik itu hendak berkahwin tetapi mereka berasa malu. Oleh itu, mereka ke bukit Kunlun Shan dan berdoa kepada Syurga agar memberikan kebenaran untuk mereka berkahwin. Mereka berkata, "Jika Engkau membenarkan kami berkahwin, sila menyelubungi kami dengan kabus. Supaya dapat melindungi rasa malunya, Nüwa dikatakan melitupi mukanya dengan kipas. Pada hari ini di China, pengantin-pengantin perempuan masih mengamalkan adat resam yang menyembunyikan muka mereka dengan sebuah kipas.
d.        Perkahwinan antara klan dan perkahwinan antithesis
Dalam masyarakat Cina, lelaki tidak dibenarkan berkahwin dengan perempuan yang mempunyai nama keluarga yang sama (ini tidak lagi diendahkan pada zaman baru-baru ini ketika jumlah penduduk Cina bertambah sehingga mereka yang mempunyai nama keluarga yang sama mungkin tidak mempunyai sebarang hubungan antara satu sama lain). Perkahwinan tersebut diperlihatkan sebagai inses dan dianggap akan membawa risiko terhadap kelahiran anak yang cacat. Bagaimanapun, perkahwinan antara seorang anak lelaki dengan saudara-saudara sebelah ibunya tidak diperlihatkan sebagai inses. Klan-klan yang berbeza mungkin mempunyai lebih daripada satu nama keluarga. Dari segi sejarah, terdapat banyak klan yang penting yang tinggal di sepanjang Sungai Kuning di China kuno, seperti puak Huang Di yang mempunyai nama keluarga Ji, nama keluarga orang biasa, dan puak Yan Di yang mempunyai nama keluarga Jiang. Oleh sebab perkahwinan dengan saudara-saudara sebelah ibu tidak dianggap sebagai inses, keluarga-keluarga itu kekadang berkahwin antara satu generasi dengan generasi yang lain.
Dengan masa berlalu, perpindahan orang-orang Cina semakin meningkat. Pasangan-pasangan berkahwin dalam apa yang dipanggil perkahwinan luar klan, atau lebih dikenali sebagai perkahwinan antitesis. Ini terjadi pada pertengahan
Zaman Batu Baru, iaitu sekitar 5000 SM. Menurut cendekiawan-cendekiawan Cina moden daripada aliran fikiran Marxisme, sistem saka (iaitu sistem kuasa ibu) diamalkan dalam masyarakat ketika itu, dan suami-suami diperlukan tinggal dengan keluarga isterinya. Bagaimanapun, lelaki itu masih merupakan ahli keluarga kandung mereka.
 Apabila suami isteri meninggal dunia, mereka dikebumikan secara berasingan di dalam perkuburan klan masing-masing. Anak-anak dikebumikan dengan ibu mereka.
Perkahwinan antitesis masih berlaku di China moden. Di Yunnan, lelaki dan perempuan dalam kelompok minoriti yang dikenali sebagai Nakhi membentuk pasangan sementara dan mereka menggelar satu sama lain sebagai "Ahchu" dan bukannya "suami dan isteri". "Ahchu" lelaki tinggal dan bekerja di rumah "Ahchu" perempuan.
e.         Perkahwinan sistem saka dan monogami
Dalam perkahwinan sistem saka, seorang lelaki yang menjadi menantu akan tinggal di dalam rumah isterinya. Dia juga diperlukan menukarkan nama keluarganya menjadi nama keluarga isterinya. Ini berlaku dalam peralihan daripada perkahwinan antitesis kepada monogami yang menandakan kemerosotan sistem saka serta pertumbuhan penguasaan sistem baka (iaitu sistem kuasa bapa) di China kuno.
f.         Upacara amal perkahwinan tradisional
Perkahwinan Cina menjadi satu adat resam antara tahun 402 - 221 SM. Sebelum zaman moden, perempuan tidak dibenarkan memilih pasangan untuk berkahwin. Sebaliknya, keluarga pengantin perempuan memilih bakal suaminya. Perkahwinan dipilih berdasarkan keperluan untuk pembiakan dan nama baik keluarga, serta keperluan bapa dan suaminya.
Walaupun China mempunyai sejarah yang lama serta banyak kawasan geografi yang berbeza, terdapat enam upacara amal pada umumnya yang secara am dikenali sebagai tiga askara dan enam etiket.
Perarakan perkahwinan tradisonal Cina. Pinangan: Ketika ibu bapa seorang anak lelaki menentukan bakal menantu perempuan, mereka akan mencari tukang risik yang kerjanya adalah untuk mengurangkan konflik kepentingan serta rasa malu ketika membincangkan kemungkinan perkahwinan antara dua buah keluarga yang biasanya tidak rapat atau langsung dikenali.
Pembandingan Hari Jadi: Jika keluarga bakal menantu perempuan tidak membantah terhadap pinangan, tukang risik akan membandingkan hari jadi pasangan tersebut. Jika pasangan itu adalah sesuai menurut astrologi Cina, mereka akan meneruskan ke langkah yang berikut.
Harga pengantin perempuan (Hadiah Pertunangan): Keluarga anak lelaki akan mengatur tukang risik untuk menyampaikan harga pengantin perempuan (hadiah pertunangan), termasuk surat pertunangan) kepada keluarga bakal pengantin perempuan.
Penyampaian Hadiah Perkahwinan: Hadiah perkahwinan berbeza-berbeza, bergantung kepada adat resam tempatan serta kekayaan keluarga. Makanan dan makanan istimewa merupakan hadiah yang biasa.
Pemilihan Hari Perkahwinan:
Takwim Cina akan dirujuk untuk menetapkan hari yang bertuah.
Upacara Perkahwinan: Upacara terakhir ialah upacara perkahwinan sebenar yang menjadikan pengantin perempuan dan pengantin lelaki sebagai suami isteri, dan terdiri daripada beberapa bahagian yang teliti:
Perarakan Perkahwinan: Perarakan perkahwinan dari rumah pengantin perempuan bergerak ke rumah pengantin lelaki. Perarakan itu terdiri daripada sebuah tandu pengantin perempuan, sebuah pancaragam tradisional, sepasukan pengapit pengantin perempuan (jika ada), serta
hantaran kahwin pengantin perempuan dalam bentuk wang.
Penyambutan Pengantin Perempuan: Perarakan perkahwinan berhenti di hadapan pintu rumah pengantin lelaki. Terdapat upacara-upacara tertentu yang dipatuhi untuk menyambut pengantin perempuan dan ahli-ahli perarakan ke dalam rumah pengantin lelaki. Upacara-upacara tersebut berbeza-beza dari tempat ke tempat. Upacara Perkahwinan Sebenar: Sepadan dengan melafazkan ikrar perkahwinan di Barat, pasangan akan memberi penghormatan-penghormatan kepada Syurga dan Bumi, ibu bapa pengantin lelaki, serta antara satu sama lain.
Jamuan Perkahwinan: Dalam masyarakat Cina, jamuan perkahwinan dikenali sebagai xǐ-jǐu yang secara harfiahnya bermaksud "wain kegembiraan", dan kekadang adalah jauh lebih penting daripada majlis perkahwinan pada dirinya. Adanya juga upacara-upacara seperti menuang wain atau teh untuk ibu bapa, pasangan, dan para tetamu.

D.      GAMBARAN TENTANG PERADABAN PERILAKU SEHAT DAN SAKIT PADA MASYARAKAT MODERN DAN TRADISIONAL
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna ercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap-tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.
1.         MASALAH SEHAT DAN SAKIT
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being, merupakan resultante dari 4 faktor yaitu :
a.         Environment atau lingkungan.
b.        Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
c.         Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
d.        Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors, ayurveda dosha, yin dan yang. Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan paradigma sehat.


2.         Paradigma sehat
Cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan dari pada mengobati penyakit. Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural
Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman. Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun fungsional tubuh.
Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang membahas pengetahuan sehat-sakit pada aspek sosial budaya dan perilaku manusia; serta khusus pada interaksi antara beberapa aspek ini yang mempunyai pengaruh pada kesehatan dan penyakit. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula dalam kebudayaan lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.

E.       PERADABAN INTERGRITAS KESEHATAN DAN IPTEK KES DI BERBAGAI SOSIAL BUDAYA
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek.
Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well-being, and not merely the absence of disease or infirmity. WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya, Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.
Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.
       Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup di dalamnya. Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala. Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia. Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga yang merasa tercemar bila salah seorang anggota keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang sangat berat.
Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis kusta. Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, diare. Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.
Pada penyakit batin tidak ada tanda-tanda di badannya, tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit-sakit badan.
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering” (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :
a.         Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
b.         Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
c.         Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit. Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :
a.       Sakit demam dan panas.
Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas.
b.      Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain-lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya tidak tepat.
c.       Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
d.      Sakit tampek (campak)
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk, yang menurut kepercayaan dapat mengisap penyakit.

e.       Kejadian Penyakit
Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya. Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional dan psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia atau kebudayaan.
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantung jenis penyakit. Secara umum konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor, manusia dan lingkungannya. Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya, tingkah laku penyakitnya dan cara-cara tingkah laku penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui proses umpan balik (Foster, Anderson, 1978).
Penyakit dapat dipandang sebagai suatu unsur dalam lingkungan manusia, seperti tampak pada ciri sel-sabit (sickle-cell) di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evolusi yang adaptif, yang memberikan imunitas relatif terhadap malaria. Ciri sel sabit sama sekali bukan ancaman, bahkan merupakan karakteristik yang diinginkan karena memberikan proteksi yang tinggi terhadap gigitan nyamuk Anopheles.
Bagi masyarakat Dani di Papua, penyakit dapat merupakan simbol sosial positif, yang diberi nilai-nilai tertentu. Etiologi penyakit dapat dijelaskan melalui sihir, tetapi juga sebagai akibat dosa. Simbol sosial juga dapat merupakan sumber penyakit. Dalam peradaban modern, keterkaitan antara simbol-simbol sosial dan risiko kesehatan sering tampak jelas, misalnya remaja merokok.
Suatu kajian hubungan antara psikiatri dan antropologi dalam konteks perubahan sosial ditulis oleh Rudi Salan (1994), berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater; salah satu kasusnya sebagai berikut : Seorang perempuan yang sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan vitamin dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh.
Menurut pasien penyakitnya disebabkan karena “darah kotor” oleh karena itu satu-satunya jalan penyembuhan adalah dengan makan makanan yang bersih , yaitu `mutih’ (ditambah vitamin seperlunya agar tidak kekurangan vitamin) sampai darahnya menjadi bersih kembali. Bagi seorang dokter pendapat itu tidak masuk akal, tetapi begitulah kenyataan yang ada dalam masyarakat.


BAB III

PENUNUTUP


Kesimpulan
Demekian makalah tentang menjelaskan peradaban budaya,peradaban social ekonomi,peradaban keluarga,perdaban perilaku sehat dan sakit pada masyarakat modern dn tradisional dan peradaban intergritas pelayanan kesehatan dan IPTEK KES pada berbagai social budaya mayarakat.Saya buat semoga dapat berguna bagi kita semua.













DAFTAR PUSTAKA


‘’ Buku Makalah Tentang Peradaban Budaya Di China Dan Perdaban Sosial Ekonomi Di China,peradaban keluarga,peradaban perilaku sehat san sakit pada masyarakat modern dan tradisional dan peradaban intergrtas pelayanan kesehatan dan IPTEK KES pada berbagai social budaya masyarakat ‘’

MAKALAH TRANSKULTURAL

 


(Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Transkultural)








Disusun oleh:

 

AHMAD RIPAI

NIM: 4201.0111.A.003

DOSEN: ASIAH, S.Kep, Ners
Prodi: S1 KEPERAWATAN




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKes CIREBON
Jl.Brigjen Dharsono No. 12 B Cirebon Telp. (0231) 247852
Website : WWW.yassri.com
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Makalah Mata Kuliah Keperawatan Transkultural untuk memenuhi daripada tugas  Uas Keperawatan Transkultural  mengenai budaya Mesir.
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini, guna untuk mengenal lebih dalam mengenai berbagai macam budaya di Mesir dan menambah nilai-nilai pengetahuan budaya di berbagai negara.
Saya juga sangat berterimakasih kepada berbagai pihak seperti, Orang Tua Saya yang sudah mendukung dalam pembuatan Makalah ini, Dosen yang sudah memberi tugas, teman-teman yang sudah membantu saya dalam pembuatan Makalah, pihak Print Out yang telah membantu percetakannya.   
Saran dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan Makalah ini. Kepada Mahasiswa/Mahasiswi yang telah menggunakan buku/makalah ini, kami ucapkan terimakasih. Semoga buku ini bermanfaat khususnya bagi pembaca dan bagi masyarakat pada umumnya.

                                                                                                                        Penulis



i
 
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. .. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. .. ii
BAB   I   PENDAHULUAN......................... ...........................................................  1

                                  A.            Latar lelakang ................................................................................. .. 1

                                   B.            Tujuan............................................................................................. .. 1

BAB   II PEMBAHASAN......................................................................................... 2

A.           Gambaran tentang Peradaban Budaya di china................................. 2

B.            Gambaran tentang Sosial Ekonomi china........................................ .. 4

C.            Gambaran tentang Peradaban Keluarga Di china. ............................. 9

D.           Gambaran peradaban Perilaku sehat-Sakit Pada masyarakat

Modern dan tradisional Di china........................................................ 10

E.            Peradaban Intergritas Kesehatan dan IPTEK Kes di Berbagai

Sosial Budaya Masyarakat Di china................................................... 19

BAB III PENUTUP..................................................................... ............................... 27
                Kesimpulan ........................................................................... …………... .. 27
     Daftar Pustaka
ii
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar