Translate

Jumat, 03 Agustus 2012

ekosistem laut

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Potensi kekayaan laut Indonesia sangatlah besar. Dengan luas mencapai 5,8 juta km2, tiga kali lebih luas dari wilayah daratannya tentunya memiliki kekayaan sumber laut yang melimpah. Pemanfaatan kekayaan laut juga terus mengalami perkembangan, sehingga sumber daya alam yang luar biasa bermanfaat ini dapat digunakan secara maksimal.
Namun, kepedulian masyarakat terhadap kelestarian ekosistem laut masih terbilang minim. Hal ini terbukti dari tingkat pencemaran ekosistem laut di Indonesia yang semakin meningkat dan memprihatinkan.
Seperti yang kita ketahui, sejak isu pemanasan global hangat diperbincangkan, masyarakat luas mulai sadar akan pentingnya menjaga kelestarian hutan, dan penekanan pengeluaran emisi gas.
Lantas bagaimana dengan kelestarian ekosistem laut yang tak kalah pentingnya? Sepertinya, hingga saat ini pencemaran dan kerusakan ekosistem laut masih dianggap sebagai hal yang wajar dan tidak penting. Bagaimana dengan santainya masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar pesisir, membuang sampah rumah tangganya ke laut, menebang hutan mangrove dan menggunakan bahan peledak dalam pencarian ikan. Sungguh memprihatinkan.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat makalah bertemakan lingkungan ini. Agar masyarakat semakin menyadari keadaan memprihatinkan ini dan tidak hanya terfokus pada ekosistem darat dan pemanasan global, tetapi juga terhadap kelestarian ekosistem laut.




B.    Rumusan Masalah
Kerusakan ekosistem laut, secara langsung maupun tidak langsung, akan membawa dampak negative terhadap kehidupan manusia serta makhluk hidup lain. Lalu,
1)     Pencemaran seperti apa yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut?
2)     Dampak seperti apa yang dapat ditimbulkan oleh kerusakan ekosistem laut?
3)     Bagaimana langkah penanggulangan jika ekosistem laut mengalami kerusakan?

C.    Tujuan
1.      Mendeskripsikan peran generasi muda dalam konservasi ekosistem laut sebagai jalan untuk mencapai kelestarian lingkungan.
2.      Menjadi masukan bagi generasi muda untuk lebih melestarikan sumber daya laut.
3.      Menjadi motivasi bagi generasi muda untuk mencari alternatif pengendalian pencemaran dan kerusakan ekosistem laut.
4.      Sebagai sumbangsih dalam ilmu pengetahuan.











BAB II
TINJAUAN TEORI

A.     Pengertian ekosistem laut
Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. Lautan menutupi lebih dari 80 persen belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61 persen belahan bumi utara, dimana terdapat sebagian besar daratan bumi
Indonesia sebagai Negara kepulauan terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di beberapa tempat, terutama di kawasan barat menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata yang hampir seragam, tetapi di tempat lain terutama kawasan timur menunjukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk, tidak teratur dan rumit.
Bentuk dasar laut yang majemuk tersebut serta lingkungan air di atasnya memberi kemungkinan munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan sebaran yang luas, baik secara mendatar maupun secara vertikal. Lingkungan laut selalu berubah atau dinamis. Kadang-kadang perubahan lingkungan ini lambat, seperti datangnya zaman es yang memakan waktu ribuan tahun. Kadang-kadang cepat seperti datangnya hujan badai yang menumpahkan air tawar dan mengalirkan endapan lumpur dari darat ke laut. Cepat atau lambatnya perubahan itu sama-sama mempunyai pengaruh, yakni kedua sifat perubahan tersebut akan mengubah intensitas faktor-faktor lingkungan.
Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang memiliki ciri-ciri diantaranya ::
salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.
•ekosistem yang memiliki perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.(Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingindi bagian bawah disebut daerah termoklin)
•tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.Ekosistem air laut terbagi menjadi:
Laut
Pantai
Estuari (muara)
terumbu karang

B.    Pembagian Ekosistem Laut
Pembagian daerah ekosistem air laut, berdasarkan kedalamannya:
1.Daerah Litoral/Daerah Pasang Surut
Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat.Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruhyang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah lautlainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidupsebagai bentos, teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut.
2.Daerah Neritik 
Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapatditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan bentos.
3.Daerah Batial atau Daerah
Remang-remang,Kedalamannya antara 200 - 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton.
4.Daerah Abisal
Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m.Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.
http://htmlimg1.scribdassets.com/93tzemz800qdnmn/images/3-da88f26eef.jpg
http://htmlimg4.scribdassets.com/93tzemz800qdnmn/images/4-8ab9dfb818.jpg
Gambar 1.1. Pembagian laut berdasarkan kedalamannya beserta hewan-hewan yang menghuninyasumber: library.thinkquest.org
C.    Permasalahan Ekosistem Laut
Ekosistem air laut memiliki luas lebih dari 2/3 permukaan bumi ( + 70% ). Ekosistem laut memiliki kadar mineral yang tinggi, ion terbanyak ialahCl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerahtropika) dan ada yang rendah (di laut beriklim dingin). Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan iklim, laut menemui masalah-masalah dalam ekosistemnya. Ekosistem laut semakin lama menemui situasi yang memperihatinkan.
Permasalahan ekosistem laut yang ditemui terdiri dari: hilangnya ekosistem terumbu karang dan pencemaran laut.
1.Hilangnya Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairansekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.Veron (1995) dan Wallace (1998) mengemukakan bahwa ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, cahaya, sedimentasi, dan arus dan gelombang.
1.1    Suhu
Perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis ditahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Suharsono(1999) mencatat selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3
oC di atas suhu normal. Perkiraan di atas didasarkan pada suatu penelitian yang menyebutkan bahwa perubahan suhu alami, baik yang ekstrim (maksimum dan minimum) maupun secara mendadak, di bawah atau di atas suhu optimumnya dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan mematikannya.


1.2    Salinitas
Perubahan pada salinitas juga akan mempengaruhi terumbu karang. Hal inisesuai dengan penjelasan McCook (1999) bahwa curah hujan yang tinggi danaliran material permukaan dari daratan (mainland run off ) dapat membunuh terumbu karang melalui peningkatan sedimen dan terjadinya penurunan salinitas
air laut. Efek selanjutnya adalah kelebihan zat hara (nutrient overload) berkontribusi terhadap degradasi terumbu karang melalui peningkatan pertumbuhan makroalga yang melimpah (overgrowth) terhadap karang.
1.3    Cahaya
Bertambahnya volume dan meningkatnya tinggi permukaan air laut akan memengaruhi kedalaman penetrasi cahaya matahari menjadi semakin berkurang.Cahaya diperlukan oleh alga simbiotik zooxanthallae dalam proses fotosintesisguna memenuhi kebutuhan oksigen terumbu karang. Dengan berkurangnya kedalaman penetrasi cahaya, maka laju fotosintesis akan menurun dan kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbuakan menurun pula. Sehingga ekosistem terumbu karang (pada kedalaman 10meter atau lebih) akan mengalami penurunan produktifitas dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian.
1.4    Sedimentasi
Gelombang pasang ataupun tsunami yang diakibatkan oleh pemanasan global tentu akan mengakibatkan terangkutnya sedimen dari lautan ke daratan.Peristiwa ini nampaknya membawa sedikit keuntungan bagi terumbu karang yangmasih mampu bertahan hidup setelah diterpa oleh gelombang dahsyat tersebut. Namun hal tersebut tak akan berlangsung lama sebab gelombang gelombang pasang tersebut dalam beberapa waktu kemudian akan kembali ditarik ke laut. Kekuatan gelombang yang dahsyat tersebut akan membawa berbagai macam-materi dari daratan bersamanya. Sehingga pada saat kembali ke laut, sebagian materi-materi dari daratan tersebut ada yang terhenti di daerah pesisir dan lautan dangkal, yang kemudian meningkatkan jumlah sedimen di daerah tersebut. Jumlah sedimen yang sangat banyak tersebut akan mengakibatkan tertutupnya polipkarang yang masih hidup sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis ataupun menghasilkan kalsium karbonat sebagai pembentuk terumbu. Dalam jangka waktu tertentu, ekosistem terumbu karang di daerah tersebut pun akan segera musnah
1.5    Arus dan Gelombang
Pada dasarnya pertumbuhan terumbu karang yang berada di daerah berarusakan lebih baik apabila dibandingkan dengan pertumbuhan terumbu karang yanghidup di perairan tenang. Ini disebabkan selain gelombang air laut dapat memberikan pasokan oksigen yang banyak, gelombang juga membawa plankton yang baru untuk koloni karang, serta dapat menghalangi pengendapan pada kolonikarang. Namun apabila pemanasan global terus berlanjut, keadaan yang menguntungkan tersebut akan berbalik 180 derajat menjadi kerugian yang sangat besar bagi ekosistem terumbu karang. Sebab dengan bertambahnya volumelautan, akan mengakibatkan air laut meluap sehingga terjadilah gelombang pasangyang sangat dahsyat. Selain itu potensi untuk terjadinya badai akan semakin meningkat. Badai berkekuatan tinggi ditambah dengan faktor lainnya yang dapattimbul akibat pemanasan global (semisal pergeseran lempeng bumi) akan mengakibatkan terjadinya tsunami dengan kekuatan penghancur yang tak dapat dibayangkan. Munculnya gelombang pasang maupun tsunami akan merusak kondisi fisik terumbu karang, bahkan bukan tidak mungkin terumbu karang tersebut akan hancur dan ikut terseret gelombang. Dengan adanya peristiwa tersebut, sudah tentu ekosistem terumbu karang akan semakin berkurang bahkan musnah.

2.Pencemaran Laut
Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, makasemua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia didaratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa membuat suatu akibat yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara tepat. Pencemaran laut merupakan 
suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani secara sungguh-sungguh. Banyak kecelakaan dilautan yang menyebabkan tercecernya bahan-bahan yang bersifat racun dalam jumlah yang sangat besar. Berikut ini adalah beberapa fakta terhadap pencemaran laut:
○Pencemaran laut di dunia menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan kehidupan bawah laut.
○Pada tahun 2008, para penyelam mengangkat 219.528 lbs (99.57 ton)sampah dan benda-benda bekas dari 1.000 mil luas laut - rata-rata 1 penyelam mengangkat 25 ton sampah dan benda-benda bekas.
○Hampir 80% pencemaran laut disebabkan oleh plastik. Di beberapa daerah di samudra, perbandingan untuk plastik dan plankton adalah 6:1(6 banding 1).
○Diperkirakan 46.000 potong sampah plastik mengapung di setiap 1 mil dari samudra – 70% dari sampah plastik itu di perkirakan akhirnya akan tenggelam.
○Plastik tidak mudah untuk di uraikan. Saat sampah plastik masuk kelaut, dibutuhkan bertahun-tahun untuk di uraikan–terurai secara perlahan menjadi potongan kecil yang akhirnya menjadi debu plastik.
○Telah dilaporkan ada lebih dari 260 jenis hewan laut di seluruh dunia yang terjerat dan memakan sisa-sisa tali pancing, jala dan sampah-sampah laut lainnya.
○Diperkirakan 100.000 mamalia laut termasuk lumba-lumba, paus, anjing laut, dan penyu laut terancam dengan banyaknya sampah dan benda-benda bekas yang masuk ke laut tiap tahunnya. Dan 86% dari populasi penyu laut terkena dampak buruk dari pencemaran laut.
○Lebih dari 1 juta populasi burung laut mati karena pencemaran laut setiap tahunnya.

Beberapa masalah pencemaran di laut yaitu:
1.Pencemaran minyak 
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan-kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampir tidak bisa dielakkan. Kapal tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap tahun. Apabila terjadi pencemaran minyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak mengapung diatas permukaan laut yang akhirnya terbawaarus dan terbawa ke pantai. Contoh kecelakaan kapal : Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967 -> 100.000 burungmati• Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975• Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978 Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dantumbuh-tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak sehingga untuk membersihkannya, mereka menjilatinya.
Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove dan daerah air payau juga rusak. Mikro organisme yang terkena pencemaran akan segera menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga banyak daerah pantai yang terkena ceceran minyak secara berat telah bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.

2. Pencemaran logam berat
Logam-logam berat yang masuk kedalam tubuh hewan umumnya tidak dikeluarkan lagi dari tubuh mereka. Karena itu logam-logam cenderung untuk menumpuk di dalam tubuhnya. Sebagi akibatnya logam-logam tersebut akan terus berada di sepanjang rantai makan. Hal ini disebabkan oleh karena predator padasatu trofik level makan mangsa mereka dari trofik yang lebih rendah yang telahtercemar (ikan dimakan oleh manusia). Disini terlihat bahwa kandungan konsentrasi logam berat terdapat lebih tinggi pada tubuh hewan yang letaknyalebih tinggi didalam tropik level. Jadi predator tingkat tinggi (dengan umur lebih panjang) lebih banyak menumpuk logam berat. Contoh pencemaran logam berat :
- “Minamata Disease” (di Jepang) yang disebabkan oleh Hg (merkuri). Menyebabkan kelemahan otot, kehilangan penglihatan, ketidak seimbangan fungsi otot dan kelumpuhan. Selain itu juga meracuni janin dan merusak sistem syaraf  pusat.
- “Itai-itai Disease” yang disebabkan oleh logam Cd. Menyebabkan nyeri/ngilu pada tulang, mempengaruhi kehamilan, lactasi, ketidak seimbangan internalsekresi, penuaan, dan kekurangan kalsium. Pengaruh Logam Berat Terhadap Ekosistem Laut:• Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik sungai ataupun laut akan mengalami proses-proses seperti pengendapan, adsorpsi dan absorpsi oleh organisme-organisme perairan. Prosi (1979) menyatakan bahwa pemindahan logam berat kedalam organisme dapat dipengaruhi pula oleh kebiasaan organisme dalam cara memakan-makanannya (feeding habit), yaitu sebagai berikut:- Phytophagus (misal : Gastropoda, Crustacea)- Filter feeding (misal : Zooplankton, barnacle, dan bivalva)- Sediment feeding (misal: Polychaeta dan oligochaeta)- Detritus feeding (misal : gastropoda, isopoda, dan amphipoda)- Carnivorous (misal : Zooplakton, Polychaeta, gastropoda, Crustacea,larva serangga air tawar dan ikan).Pengaruh logam berat terhadap organisme-organisme tersebut atas dasar daya racunnya dibagi menjadi 2 yaitu :- Bersifat lethal atau mematikan -> LC50 (median lethal concentration)- Bersifat sublethal. Pengaruh sublethal dapat menghambat pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi; menyebabkan terjadinya perubahan morfologi;merubah tingkah laku organisme.
3.Sampah
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui sistem daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya kandunganzat-zat makanan pada suatu daerah yang tercemar yang membuat kondisilingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya kandungan oksigen khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup disitu. Pada keadaan yang paling ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu akan berkurang secara drastisdan dapat mengakibatkan bagian dasar dari estuarin kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat hidup hanya dari golongan cacing. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk golongan yang mudah hancur dengan cepat, sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak merupakan suatu masalah besar diperairanterbuka.
4.Pestisida
Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Mereka sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau organisme-organisme lain yang tidak diingini. Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimiayang disebut Organ ochloride, misalnya DDT. Pestisida jenis ini termasuk golongan yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-molekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan digunakannya golongan ini secara terus menerus akan membuat mereka menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi organisme hidup didaerah tersebut. Beberapa organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia didalam jaringan tubuhnya.
5.Limbah industri dan domestik 
Limbah adalah limbah cair yang berasal dari masyarakat urban, termasuk di dalamnya limbah kota (municipal) dan aktivitas industri, yang masuk ke sistem saluran pembuangan kota. Pada umumnya limbah domestik mengandung sampah padat (berupa tinja, dan cair yang berasal dari rumah tangga). Berdasarkan sifatfisik, kimia air limbah, tingkah lakunya diperairan dan pengaruhnya terhadap organisme, jenis limbah industri ada 5 :
1.Bahan-bahan organik terlarut: bahan beracun,tahan urai dan biodegradabel
2.Bahan -bahan anorganik : unsur-unsur hara3.Bahan organik tidak larut: minyak 
4.Bahan-bahan anorganik yang tidak larut. Contohnya logam berat.
5.Bahan-bahan radioaktif.




BAB III
PEMBAHASAN

1)     Pencemaran Seperti Apa Yang Dapat Mengganggu Keseimbangan Ekosistem Laut?
Kehidupan manusia bergantung pada ekosistem laut, langsung atau tidak langsung. Makanan laut, garam, wisata laut hanyalah beberapa contoh sederhana dari kebergantungan manusia pada laut. Dengan kata lain, tak dapat dipungkiri lagi bahwa kegiatan manusia pun mempengaruhi laut, langsung maupun tidak langsung.
Ya. Kerusakan yang terjadi pada laut, keseluruhannya adalah konsekuensi atas kecerobohan manusia yang seenak jidat mengotori laut, merusak dan menguras kekayaannya tanpa peduli pada siklus pemulihannya. Keterlaluan, menyedihkan, bodoh dan brutal.
Aktivitas manusia sangat bervariasi dalam tingkat kegiatan dan dampaknya pada kondisi wilayah laut. Tapi justru perusakan yang paling umum dilakukan adalah yang dampaknya paling besar, yaitu pencemaran. Mungkin saja pencemaran laut dianggap sebagai hal yang remeh karena dampaknya tidak langsung terasa, namun bukan berarti tidak berbahaya.
Kita ambil satu contoh kecil, 1 orang yang bermukim di sekitar pantai membuang limbah rumah tangganya berupa sampah kertas, plastic dan zat kimia berupa obat serangga ke laut. Sampah-sampah tersebut kemudian merusak habitat ikan serta meracuni makhluk-makhluk kecil di laut. Jelas saja hal tersebut akan merusak pola rantai makanan, dan membawa dampak besar yang berbahaya terhadap komposisi spesies di daerah tersebut. Ya, hanya karena 1 orang yang melakukan pencemaran. Bisa kita bayangkan kalau jutaan orang yang bermukim di sekitar pantai melakukan hal yang sama, di saat yang sama dengan kuantitas dan kualitas sampah yang lebih bervariasi. Jelas bukan hal yang baik.
Bukan hanya membawa dampak buruk terhadap ekosistem laut, diantara sekian banyak bahan pencemar air ada yang beracun dan berbahaya dan menyebabkan kematian bagi manusia jika terlarut dalam makanan atau kontak langsung dengan kulit. (jika bahan pencemar tersebut menumpuk dalam jaringan tubuh manusia) Selain bahan pencemar, limbah manusia juga kemungkinan terdapat bibit penyakit berupa bakteri/virus seperti disentri, kolera dan tipus yang dapat menyebar di pantai, dan lagi-lagi berbahaya.
Selain pencemaran sengaja oleh orang-orang yang bermukim di pesisir, kerusakan laut juga seringkali diakibatkan oleh pencemaran tidak sengaja seperti tumpahnya minyak dari kapal tangker ketika didistribusikan.
Meskipun merupakan factor yang paling menunjang dan paling sering terjadi, pencemaran bukan satu-satunya factor yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut. Factor lain yang juga membawa dampak buruk yang besar adalah penebangan hutan mangrove. Lagi-lagi, masyarakat pesisir adalah salah satu pelaku utamanya. Mereka menebang mangrove untuk dijadikan kayu bakar dan perlengkapan rumah tangga lain. Padahal hutan mangrove memiliki peran yang sangat besar terhadap ekosistem laut, karena merupakan habitat bagi makhluk-makhluk laut kecil seperti udang-udangan dan ikan-ikan kecil yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rantai makanan. Hutan mangrove juga meminimalisir terjadinya erosi, dan memilki peran penting untuk antisipasi tsunami.
Polusi udara juga dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem laut. Mengapa? Apabila zat-zat beracun seperti SO2 tercampur dalam titik-titk hujan di atmosfer, maka kadar asam dalam hujan akan meningkat kepada tingkat yang berbahaya, dan lagi-lagi dapat meracuni makhluk air jika hujan tersebut tumpah di lautan.
Lantas, bagaimana agar kelestarian ekosistem laut tetap terjaga?
a)  Sebagai langkah paling dasar dan penting, berhenti membuang limbah rumah tangga dan sejenisnya ke laut/sungai. Dengan begitu pencemaran tidak akan terjadi.
b)  Tidak menebang hutan bakau, serta melaporkan pelaku penebangan kepada pihak yang berwenang.
c)  Tidak menggunakan racun dan bom dalam menangkap ikan, serta melaporkan pelaku tindakan tersebut pada pihak yang berwenang.
d)  Menekan pengeluaran emisi karbon dan sejenisnya.
e)  Terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas akan pentingnya kelestarian ekosistem laut.
Sekitar 2 tahun yang lalu, saya dan seorang teman saya menyaksikan film berjudul The Day The Earth Stood Still. Alasan saya menonton film tersebut karena pemeran utamanya adalah Keanu Reaves (==”). Film tersebut mengangkat isu perubahan iklim dan lingkungan. Dalam film tersebut, seorang alien datang untuk memusnahkan peradaban manusia dari muka bumi. Kenapa? Untuk menyelamatkan bumi. Lho? Alasan tersebut sangat masuk akal. Manusia lah yang merusak bumi hingga seperti sekarang ini. Bisa kita bayangkan, betapa hijau dan stabilnya bumi apabila manusia tidak menghuninya, apabila tak ada pembukaan lahan hutan untuk pembangunan pemukiman, apabila tak ada kendaraan yang mengeluarkan emisi gila-gilaan yang mengikis ozon, apabila tak ada pabrik-pabrik yang mengeluarkan zat beracun dari cerobong besarnya, apabila tak ada manusia yang membuang limbahnya ke laut. “Jika manusia hidup, bumi mati. Jika manusia mati, bumi hidup.” Hubungan timbal balik yang mengerikan. Dan kita tidak punya pilihan lain selain merubah pola hidup sejak sekarang.
2)     Dampak Seperti Apa Yang Dapat Ditimbulkan Oleh Kerusakan Ekosistem Laut?
Laut memilki peranan yang sangat penting dalam mengontrol iklim di bumi dengan memindahkan panas dari daerah ekuator (garis katulistiwa) menuju ke kutub. Tanpa peranan laut, maka seluruh planet bumi akan menjadi terlalu dingin bagi manusia untuk hidup. Laut juga merupakan sumber makanan, energy dan obat-obatan. Daerah pantai juga merupakan daerah yang sangat besar peranannya bagi kehidupan manusia. Jutaan penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir.
Berdasarkan sebuah artikel yang pernah saya baca di Koran, lautan juga berperan menangkap CO2 dari atmosfer dalam jumlah yang sangat besar. Sekitar ¼ CO2 yg dihasilkan oleh manusia dari hasil pembakaran bahan fosil diserap dan disimpan di lautan. Hal ini sangat berpengaruh untuk mengurangi pemanasan global.
Karena begitu pentingnya arti laut bagi kita, maka adalah kewajiban kita untuk tetap menjaganya. Kemampuan laut untuk menyerap CO2 akan berkurang jika ekosistem laut banyak yang mengalami kerusakan seperti rusaknya terumbu karang dan hutan mangrove. Terumbu karang juga merupakan rumah bagi makhluk laut. Demikian juga halnya dengan hutan mangrove, perlahan-lahan ekosistem laut akan terancam kelangsungan hidupnya sehingga sumber makanan laut yang dapat diperoleh nelayan pun jauh berkurang.
Yang pasti, terlihat bahwa dampak terbesar adalah meningkatnya temperature air laut. Jika kemudian ekosistem laut menjadi berubah, dan tidak lagi memberikan manfaat bagi manusia, maka yang terjadi adalah bencana dari laut. Berhubung pengetahuan saya (dan sumber informasi saya) sangat terbatas, masih banyak yang harus dipelajari untuk melihat setiap detil dari hubungan manusia dengan ekosistem laut. Tetapi, sudah waktunya untuk memikirkan perlindungan pada alam lingkungan kita, dan melakukan pemberdayaan secara tepat sehingga bisa mengurangi dampak ekologi sekaligus mempertahankan kemanfaatan laut bagi manusia. Apalagi, negara kita merupakan negara maritim.
3)     Bagaimana Langkah Penanggulangan Jika Ekosistem Laut Mengalami Kerusakan?
Sebelumnya telah dijelaskan, kerusakan seperti apa saja yang dapat terjadi pada ekosistem laut serta dampaknya secara luas. Sudah kita ketahui bahwa segala kerusakan tersebut adalah hasil jerih payah dari keegoisan kita, manusia.
Agar keseimbangan ekosistem laut dapat kembali, sebelumnya kita harus memperbaiki pola rantai makanan yang rusak karena ikan-ikan kecil dan makhluk kecil lainnya kehilangan habitat aslinya berupa hutan mangrove dan terumbu karang. Baru setelah hutan mangrove dan terumbu karang pulih, rantai makanan yang tadinya berantakan pada akhirnya akan pulih pula.
Saat ini sudah sangat jarang kita jumpai hutan mangrove yang terpelihara di daerah pesisir. Demikian pula dengan keberadaan terumbu karang. Manusia memanfaatkan sumber daya tersebut tanpa peduli dengan waktu pemulihannya. Yah, penyesalan selalu datang belakangan.
Untuk melakukan rehabilitasi terhadap kerusakan hutan mangrove dan terumbu karang dibutuhkan waktu yang sangat lama dan dana yang tidak sedikit. Tapi kita tidak punya banyak pilihan bukan?
Menyangkut kerusakan yang diakibatkan oleh limbah, sepertinya tak ada langkah penanggulangan pasti selain membersihkan sampah dipantai dan pencegahan dengan menjaga kebersihan.















BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan
Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa ekosistem laut adalah sebagai berikut :
1.      Laut adalah sumber kehidupan. Laut memiliki peran mutlak dan tak tergantikan dalam kehidupan seluruh makhluk hidup di planet ini. Akan tetapi, manusia dan sifat egoisnya merusak laut tanpa peduli dengan dampak mengerikan yang dapat diakibatkannya.
2.      Bisa kita bayangkan, apabila ekosistem laut mengalami kehancuran dan laut sudah tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai sumber kehidupan. Kehidupan di planet ini perlahan-lahan juga akan mengalami kehancuran dan pada akhirnya tak cukup layak untuk dihuni. Pada saat itu kita sudah tidak punya waktu untuk memperbaikinya dan hanya dapat menyesal terhadap perbuatan brutal yang selama ini kita lakukan.

B.    Saran
Marilah kita membangun rasa cinta terhadap laut. Kita lah yang harus bertanggung jawab terhadap seluruh kerusakan yang terjadi pada laut dan ekosistemnya. Laut telah memberikan manfaatnya kepada manusia, dan tugas kita sebagai manusia adalah memeliharanya. Ubah pola hidup kita yang kotor dan berantakan, pelihara kebersihan laut untuk dunia yang lebih baik.






DAFTAR PUSTAKA

þ  http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17991/4/Chapter%20II.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar