Translate

Jumat, 03 Agustus 2012

GANGGUAN POLA NUTRISI

GANGGUAN POLA NUTRISI


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian, tapi juga menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan (SKPG, 2000). Kebutuhan makanan bergizi sangat penting bagi balita dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam tubuh. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi diharapkan dapat meningkatkan kualitas tumbuh kembang bayi(Aziz, 2009).
Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan gizi. Hal ini disebabkan karena kondisi anak balita merupakan periode transisi dari makan bayi ke makanan orang dewasa, jadi masih memerlukan adaptasi. Disamping itu anak balita sering kali tidak begitu diperhatikan dan pengurusannya sering diserahkan kepada orang lain seperti saudara, terlebih jika ibu mempunyai anak lain yang lebih kecil. Anak balita belum mampu mengurus dirinya sendiri dalam hal makanan sedangkan ia tidak diperhatikan lagi oleh kedua orang tuanya, akibatnya kebutuhan tidak dapat terpenuhi. Anak balita mulai bermain dan bergerak lebih luas dan mulai bermain di lantai yang keadaannya belum tentu memenuhi syarat kebersihan, sehingga anak balita sangat besar kemungkinan terkena kotoran dan dapat menyebabkan anak balita terkena penyakit akibat infeksi (Anonim, 2008).
Standar yang berlaku di Indonesia yaitu anak dianggap normal bila tinggi badan menurut umur lebih besar atau sama dengan 90% standar Harvard. Selanjutnya apabila tinggi badan menurut umur antara 70-90% standar berarti anak mengalami kurang gizi sedang dan  apabila kurang dari 78% termasuk kurang gizi berat (Kanisius, 2003). Data dari Depkes menunjukkan Indonesia sebenarnya pernah berhasil menekan angka kasus gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita menjadi 37,5% (1989), 35,5% (1992), 31,6 % (1995), 29,5% (1998), 26,4% (1999), dan 24,6% (2000). Namun, angka-angka tersebut kembali meningkat menjadi 26,1% (2001), 27,3% (2002), 27,5% (2003), dan 29% (2005) (Milyandra, 2010). Faktor penyebab kejadian kurang gizi pada balita yaitu masalah ekonomi, indikatornya sebagian besar penderita marasmus berasal dari keluarga kurang mampu.
Kartu menuju sehat (KMS) merupakan salah satu alat yang diciptakan pemerintah untuk memantau kondisi status gizi balita. Pada KMS terdapat garis yang berwarna merah. Apabila balita tersebut berada di bawah garis merah menunjukan bahwa balita tersebut memiliki masalah gizi dan perlu mandapatkan perhatian lebih. Kondisi kurang gizi diakibatkan oleh ketidak seimbangan antara kebutuhan dengan asupan zat gizi yang dikonsumsi anak. Anak yang kurang daya tahan tubuhnya menurun dan mudah sakit.
Data Survei Nasional tahun 2005 menunjukkan bahwa status gizi anak balita adalah gizi baik (71,88%), gizi kurang (19,62%), gizi buruk (8,55%), gizi lebih (2.24%) (Depkes RI, 2005). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan  Propinsi Jawa Barat tahun 2007 prevalensi gizi buruk (4,4 %), gizi kurang  (18,8 %) dari jumlah balita 1,6 juta jiwa (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2007). Angka prevalensi gizi kurang atau gizi buruk masih di atas prevalensi nasional. Berdasarkan Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2007, prevalensi untuk Jawa Barat sebesar 40,4% sedangkan angka nasional adalah 30,4%.  Sementara itu, kebutuhan energi protein pada balita di Jawa Barat semakin menurun selama kurun waktu 2002-2007 terjadi penurunan yaitu dari 17,3 % pada tahun 2002 menjadi 16,3 % dan tahun 2007.
Menurut hasil Survey Pemantauan Status Gizi (PSG) Kota Cirebon tahun 2009 prevalensi gizi buruk dan gizi kurang sebesar 1,25 % dan 9,73 %  (Profil Dinkes Kota Cirebon, 2009).  Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Cirebon tahun 2010 bidang pelayanan kesehatan, status gizi balita dan jumlah Kecamatan rawan gizi Kota Cirebon sebagai berikut :
Tabel 1.1 Status Gizi Balita dan Jumlah Puskesmas Rawan Gizi Kota Cirebon tahun 2010
No.
Puskesmas
Jumlah Balita
Umur 0-4 Th
Ditimbang
BGM
Gizi Buruk
1
Kesambi
537
481
13
2
2
Gunungsari
747
609
20
3
3
Sunyaragi
878
746
25
7
4
Majasem
1.823
1.295
48
5
5
Drajat
1.268
976
34
3
6
Jagasatru
1.219
1.008
29
5
7
Astanagarib
454
392
7
4
8
Kesunean
`1.164
972
57
3
9
Larangan
1.562
1.337
43
5
10
Kalijaga
2.806
1.880
81
2
Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah tertinggi kasus BGM terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kalijaga yaitu sebanyak 81 orang dari jumlah bayi umur 0-4 tahun sebanyak 2.806 dan 1.880 bayi yang ditimbang. 
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis : tumbuh kembang fisik, mental dan psikososial anak. Masa balita merupakan masa yang  tergolong rawan dalam pertumbuhan dan perkembangan hal ini disebabkan karena masa anak sangat rentan terhadap sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Pada masa balita  ini perkembangan kemampuan  berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikut (Soetjininsih, 2005). 
Disamping itu perkembangan otak sangat bergantung pada kualitas gizi dan stimulasi yang diberikan pada balita sejak dalam kandungan sampai usia tiga tahun  pertama, atau disebut masa emas pertumbuhan (golden age period). Cepatnya pertumbuhan sel otak manusia pada usia bayi hingga usia tiga tahun dan mencapai  kesempurnaannya di usia lima tahun, membuat faktor pemenuhan gizi sebagai faktor yang vital (Anonim, 2012).
Kurang pengetahuan ibu tentang pemberian makanan terjadi karena banyak tradisi dan kebiasaan seperti penghentian  penyusuan lebih awal dari 2 tahun, anak kecil hanya memerlukan makanan sedikit  dan pantangan terhadap makanan, ini merupakan faktor penyebab masalah gizi di masyarakat (Depkes RI, 2002).
Kekurangan gizi dapat terjadi dari  tingkat ringan sampai tingat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup lama. Keadaan gizi atau status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Anak yang kurang gizi akan menurun daya tahan  tubuhnya, sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat gizi  sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering terkena infeksi dan gizi kurang mengalami tumbuh kembang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktivitas di masa dewasa. 
Berdasarkan survei awal penulis di Puskesmas Kalijaga (2012), menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Kalijaga memiliki jenis pekerjaan sebagai petani dan pedagang. Pada umumnya ibu-ibu di Desa Kalijaga ikut membantu suami bekerja untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat sosial ekonominya menengah ke bawah sehingga memungkinkan pola asuh anak terutama pada pemberian makan anak kurang baik. Kondisi ini berakibat terhadap banyaknya jumlah bayi dengan berat badan berada pada garis merah (status gizi kurang atau buruk).
Hasil penimbangan posyandu  pada  bulan  April tahun 2012 diketahui bahwa di Desa Kalijaga  mempunyai jumlah balita gizi buruk sebesar 3 (Puskesmas Kalijaga, 2012). Disamping  itu  tingkat kesadaran ibu untuk  menimbang bayi di Posyandu juga kurang, indikasinya adalah jumlah kehadiran ibu yang sedikit saat dilakukan kegiatan timbang bayi yang dilakukan posyandu di Desa Kalijaga.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai upaya pemberian makanan oleh keluarga dengan perubahan status gizi pada balita dengan BGM di Puskesmas Kalijaga Kota Cirebon tahun 2012.

B.       Perumusan Masalah
 Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahannya adalah bagaimanakah upaya pemberian makanan oleh keluarga dengan perubahan status gizi pada balita dengan BGM di Puskesmas Kalijaga Kota Cirebon tahun 2012.

C.      Tujuan Penelitian
1.         Tujuan Umum
Untuk mengetahui upaya pemberian makanan oleh keluarga dengan perubahan status gizi pada balita dengan BGM di Puskesmas Kalijaga Kota Cirebon tahun 2012.
2.         Tujuan Khusus
a.         Untuk mengetahui upaya pemberian makanan oleh keluarga terhadap balita dengan BGM di Wilayah kerja Puskesmas Kalijaga Kota Cirebon tahun 2012.
b.        Untuk mengetahui perubahan status gizi pada balita dengan BGM di Wilayah kerja Puskesmas Kalijaga Kota Cirebon tahun 2012.
c.         Hubungan upaya pemberian makanan oleh keluarga dengan perubahan status gizi pada balita BGM di Puskesmas Kalijaga Kota Cirebon tahun 2012.

D.      Manfaat Penelitian   
1.         Memberikan gambaran pada masyarakat  tentang pola nutrisi yang nantinya dapat diketahui bagaimana pemberian pola nutrisi yang baik  untuk balita sehingga status gizi yang baik pada anak dapat tercapai.
2.         Sebagai bahan masukan dan informasi bagi petugas kesehatan (Puskesmas)  dan aparatur desa setempat  mengenai gambaran pemberian makanan dan status gizi serta hubungan pemberian makanan dengan status gizi pada balita dengan BGM di wilayah kerja puskesmas Kalijaga Kota Cirebon dalam melaksanakan upaya peningkatan kesehatan. 

E.       Ruang Lingkup
Penelitian tentang pemberian makanan dan perubahan status gizi anak umur 0-4 tahun bertujuan untuk indentifikasi berbagai masalah tentang pemberian makanan serta akibatnya terhadap perubahan status gizi. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian analitik. Dengan populasi seluruh ibu yang memiliki anak umur 0-4 tahun. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, sebelum digunakan kuesioner terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisa data penelitian menggunakan analisa univariat dan bivariat. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di Wilayah kerja Puskesmas Kalijaga Kota Cirebon tahun 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar