BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Makalah ini saya buat berdasar kan tugas
dari dosen yang bersangkutan dengan tujuan agar saya bisa mengerti terlebih
dahulu tentang perdaban budaya,peradaban social ekonomi,peradab kluarga,
peradaban sehat dan sakit pada masyarakat modern dan tradisional dan peradaban
intergritas pelayanan kesehatan dan IPTEK KES pada berbagai
social budaya masyarakat.makalah ini saya buat berdasarkan kerja saya sendiri.
B.
Tujuan
Tujuan saya membuat makalah ini adalah
agar pembaca dapat lebih mengerti dengan menjabarkan beserta gamabar-gambar
tentang peradaban budaya,peradaban social ekonomi,peradaban kluarga,peradaban
sehat dan sakit pada masyarakat modern dan tradisional dan peradaban
intergritas pelayanan kesehatan dan IPTEK KES pada berbagai social budaya
masyarakat.
BAB II
A. GAMBARAN TENTANG PERADABAN BUDAYA
Sejarah Cina adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Peradaban Cina berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada zaman Neolitikum. Sejarah tertulis Cina dimulai
sejak Dinasti Shang (k. 1750
SM
- 1045
SM).[1] Cangkang kura-kura dengan tulisan Cina kuno yang berasal dari Dinasti
Shang memiliki penanggalan
radiokarbon hingga 1500
SM.[2] Budaya, sastra, dan filsafat Cina berkembang pada zaman Dinasti Zhou (1045
SM
hingga 256 SM) yang melanjutkan Dinasti Shang.
Dinasti ini merupakan dinasti yang paling lama berkuasa dan pada zaman dinasti
inilah tulisan Cina modern mulai berkembang.
Dinasti
Zhou terpecah menjadi beberapa negara kota, yang menciptakan Periode Negara
Perang.
Pada tahun 221 SM, Qin Shi Huang menyatukan berbagai kerajaan ini
dan mendirikan kekaisaran pertama Cina. Pergantian dinasti dalam
sejarah Cina telah mengembangkan suatu sistem birokrasi yang
memungkinkan Kaisar Cina memiliki kendali langsung terhadap
wilayah yang luas.
Pandangan
konvensional terhadap sejarah Cina adalah bahwa Cina merupakan suatu negara
yang mengalami pergantian antara periode persatuan dan perpecahan politis yang
kadang-kadang dikuasai oleh orang-orang asing, yang sebagian besar
terasimiliasi ke dalam populasi Suku Han. Pengaruh budaya dan politik dari
berbagai wilayah di Asia, yang dibawa oleh gelombang imigrasi, ekspansi, dan asimilasi yang bergantian, menyatu untuk
membentuk budaya Cina modern.
Homo erectus telah mendiami daerah yang sekarang
dikenal sebagai Cina sejak zaman Paleolitik, lebih dari satu juta tahun yang
lalu [3]. Kajian menunjukkan bahwa peralatan
batu yang ditemukan di situs Xiaochangliang telah berumur 1,36 juta tahun [4]. Situs arkeologi Xihoudu di provinsi Shanxi menunjukkan catatan paling awal
penggunaan api oleh Homo erectus, yang berumur 1,27 juta tahun yang
lalu [3]. Ekskavasi di Yuanmou dan Lantian menunjukkan pemukiman yang lebih
lampau. Spesimen Homo erectus paling terkenal yang ditemukan di Cina
adalah Manusia Peking yang ditemukan pada tahun 1965.
Tiga
pecahan tembikar yang berasal dari 16500 dan 19000
SM ditemukan di Gua Liyuzui di Liuzhou, provinsi Guangxi
Zaman
Neolitik di Cina dapat dilacak hingga 10.000
SM [6]. Bukti-bukti awal pertanian milet memiliki penanggalan
radiokarbon sekitar 7000 SM [7]. Kebudayaan Peiligang di Xinzheng, Henan berhasil diekskavasi pada tahun 1977 [8]. Dengan berkembangnya pertanian,
muncul peningkatan populasi, kemampuan menyimpan dan mendistribusikan hasil
panen, serta pengerajin dan pengelola [9]. Pada akhir Neolitikum, lembah Sungai Kuning mulai berkembang menjadi pusat
kebudayaan dengan penemuan arkeologis signifikan ditemukan di Banpo, Xi'an [10]. Sungai Kuning dinamakan demikian
disebabkan terdapatnya debu sedimen (loess) yang bertumpuk di tepi sungai dan
tanah sekitarnya, yang kemudian setelah terbenam di sungai menimbulkan warna
yang kekuning-kuningan pada air sungai tersebut.[11]
Sejarah
awal Cina dibuat rumit oleh kurangnya tulisan pada periode ini dan
dokumen-dokumen pada masa sesudahnya yang mencampurkan fakta dan fiksi pada
zaman ini. Pada 7000 SM, penduduk Cina bercocok tanam milet, menumbuhkan kebudayaan Jiahu. Di Damaidi di Ningxia, ditemukan 3.172 lukisan gua
berasal dari 6000-5000 SM yang mirip dengan karakter-karakter awal yang
dikonfirmasi sebagai tulisan Cina [12][13]. Kebudayaan Yangshao yang muncul belakangan dilanjutkan
dengan kebudayaan Longshan pada sekitar 2500 SM.
B. GAMBARAN TENTANG SOSIAL EKONOMI
Republik
Rakyat Cina (RRC; Pinyin:
Zhōnghuá Rénmín Gònghéguó; Hanzi tradisional:
中華人民共和國;
Hanzi
Sederhana: 中华人民共和国;
juga disebut Republik Rakyat Tiongkok/RRT) adalah sebuah negara
komunis yang terdiri dari hampir seluruh wilayah kebudayaan,
sejarah, dan geografis yang dikenal sebagai Cina. Sejak didirikan pada
1949, RRC telah dipimpin
oleh Partai Komunis Cina (PKC). Sekalipun seringkali
dilihat sebagai negara komunis, kebanyakan ekonomi republik ini
telah diswastakan
sejak tiga dasawarsa yang lalu. Walau bagaimanapun, pemerintah masih mengawasi
ekonominya secara politik terutama dengan perusahaan-perusahaan milik
pemerintah dan sektor perbankan. Secara politik, ia masih tetap menjadi
pemerintahan satu partai.
RRC
adalah negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan populasi melebihi 1,3 miliar jiwa, yang
mayoritas merupakan bersuku bangsa Han. RRC juga adalah negara terbesar di Asia Timur, dan ketiga terluas di dunia,
setelah Rusia dan Kanada. RRC berbatasan dengan 14 negara: Afganistan, Bhutan, Myanmar, India, Kazakhstan, Kirgizia, Korea Utara, Laos, Mongolia, Nepal, Pakistan, Rusia, Tajikistan dan Vietnam.
Dalam
suatu pertikaian yang terus berlangsung, RRC menuntut hak memerintah atas Taiwan dan pulau-pulau sekitarnya yang
tidak pernah dilepaskan oleh Republik Cina. Pemerintah RRC mendakwa bahwa
Republik Cina merupakan suatu entitas yang tidak lagi wujud dan secara
administratif meletakkan Taiwan sebagai provinsi ke-23 RRC. (Lihat Cina dan Status politik
Taiwan
untuk informasi lebih lanjut).
RRC
mengklaim kedaulatan terhadap Taiwan namun tidak memerintahnya (hal yang
sama juga berlaku terhadap Pescadores, Quemoy, dan Matsu). Status politik
Taiwan
merupakan hal yang kontroversial; Taiwan diperintah Republik Cina, yang kini berbasis di Taipei. Republik Cina mengklaim kedaulatan
terhadap seluruh Cina daratan dan begitu juga dengan RRC.
Cina Daratan merupakan istilah yang digunakan
untuk merujuk kepada kawasan di bawah pemerintahan RRC dan tidak termasuk
kawasan administrasi khusus Hong Kong dan Macau. Pemerintah RRC melihat
pemerintahannya di Cina sebagai Tiongkok Baru (新中国) saat membandingkan dirinya dengan Cina sebelum tahun 1949. RRC juga dijuluki sebagai "Cina
Merah" bagai kawasan yang sama, terutama oleh musuhnya di Barat,
dengan merujuk kepada warna merah yang merupakan lambang komunis.
1.
Sejarah
Setelah
Perang Dunia II, Perang Saudara Cina antara Partai Komunis Cina dan Kuomintang berakhir pada 1949 dengan pihak komunis menguasai Cina Daratan dan Kuomintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau-pulau lepas
pantai di Fujian. Pada 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat
Cina dan mendirikan sebuah negara komunis.[1]
Para
pendukung Era Maoisme, yang terdiri dari kebanyakan rakyat Cina miskin dan
lebih tradisionil atau nasionalis dan pemerhati asing yang percaya kepada
komunisme, mengatakan bahwa di bawah Mao, persatuan dan kedaulatan Cina dapat
dipastikan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir, dan terdapat
perkembangan infrastruktur, industri, kesehatan, dan pendidikan, yang mereka
percayai telah membantu meningkatkan standar hidup rakyat. Mereka juga yakin bahwa
kampanye seperti Lompatan Jauh ke
Depan
dan Revolusi Kebudayaan penting dalam mempercepat
perkembangan Cina dan menjernihkan kebudayaan mereka. Pihak pendukung juga ragu
terhadap statistik dan kesaksian yang diberikan mengenai jumlah korban jiwa dan
kerusakan lainnya yang disebabkan kampanye Mao.
Meskipun
begitu, para kritikus rezim Mao, yang terdiri dari mayoritas analis asing dan
para peninjau serta beberapa rakyat Cina, khususnya para anggota kelas menengah
dan penduduk kota yang lebih terbuka pemikirannya, mengatakan bahwa
pemerintahan Mao membebankan pengawasan yang ketat terhadap kehidupan
sehari-hari rakyat, dan yakin bahwa kampanye seperti Lompatan Jauh ke
Depan
dan Revolusi Kebudayaan berperan atau mengakibatkan
hilangnya jutaan jiwa, mendatangkan biaya ekonomi yang besar, dan merusak
warisan budaya Cina. Lompatan Jauh ke
Depan,
pada khusunya, mendahului periode kelaparan yang besar di Cina yang, menurut sumber-sumber Barat dan Timur yang dapat
dipercaya, mengakibatkan kematian 45 juta orang[2]; kebanyakan analis Barat dan Cina
mengatakan ini disebabkan Lompatan Jauh ke
Depan
namun Mao dan lainnya mengatakan ini disebabkan musibah alam; ada juga yang
meragukan angka kematian tersebut, atau berkata bahwa lebih banyak orang mati
karena kelaparan atau sebab politis lainnya pada masa pemerintahan Chiang Kai Shek.
Setelah
kegagalan ekonomi pada awal 1960-an, Mao mundur dari jabatannya sebagai
ketua umum Cina. Kongres Rakyat Nasional melantik Liu Shaoqi sebagai pengganti Mao. Mao tetap
menjadi ketua partai namun dilepas dari tugas ekonomi sehari-hari yang
dikontrol dengan lebih lunak oleh Liu Shaoqi, Deng Xiaoping dan lainnya yang memulai reformasi
keuangan.
Pada
1966 Mao meluncurkan Revolusi Kebudayaan, yang dilihat lawannya (termasuk
analis Barat dan banyak remaja Cina kala itu) sebagai balasan terhadap
rival-rivalnya dengan memobilisasi para remaja untuk mendukung pemikirannya dan
menyingkirkan kepemimpinan yang lunak pada saat itu, namun oleh pendukungnya
dipandang sebagai sebuah percobaan demokrasi langsung dan sebuah langkah asli
dalam menghilangkan korupsi dan pengaruh buruk lainnya dari masyarakat Cina.
Kekacauan pun timbul namun hal ini segera berkurang di bawah kepemimpinan Zhou Enlai di mana para kekuatan moderat
kembali memperoleh pengaruhnya. Setelah kematian Mao, Deng Xiaoping berhasil memperoleh kekuasaan dan
janda Mao, Jiang
Qing
beserta rekan-rekannya, Kelompok
Empat,
yang telah mengambil alih kekuasaan negara, ditangkap dan dibawa ke pengadilan.
Sejak
saat itu, pihak pemerintah telah secara bertahap (dan telah banyak) melunakkan
kontrol pemerintah terhadap kehidupan sehari-hari rakyatnya, dan telah memulai
perpindahan ekonomi Cina menuju sistem berbasiskan pasar.
Para
pendukung reformasi keuangan – biasanya rakyat kelas menengah dan pemerhati
Barat berhaluan kiri-tengah dan kanan – menunjukkan bukti terjadinya
perkembangan pesat pada ekonomi di sektor konsumen dan ekspor, terciptanya kelas
menengah
(khususnya di kota pesisir di mana sebagian besar perkembangan industri
dipusatkan) yang kini merupakan 15% dari populasi, standar hidup yang kian
tinggi (diperlihatkan melalui peningkatan pesat pada GDP per kapita, belanja
konsumen, perkiraan umur, persentase baca-tulis, dan jumlah produksi beras) dan
hak dan kebebasan pribadi yang lebih luas untuk masyarakat biasa.
C. GAMBARAN TENTANG KELUARGA DI CHINA
1.
Perkahwinan Masyarakat Cina
Perkahwinan
Cina (pinyin: hūn yīn) secara tradisi diatur antara
keluarga-keluarga berkenaan. Pada asalnya, kebudayaan Cina membenarkan percintaan, dengan monogami merupakan norma masyarakat etnik
Cina.
a.
Perkahwinan dalam konteks Konfusianisme
Dalam
pemikiran Konfusianisme, perkahwinan merupakan suatu peristiwa
yang amat penting kepada kedua-dua unit keluarga serta masyarakat. Secara tradisi dalam kebudayaan
Cina, inses telah ditakrifkan sebagai
perkahwinan antara dua orang dengan nama keluarga yang sama. Dari sudut pandangan
sebuah keluarga yang menganuti Konfusianisme, perkahwinan merapatkan
keluarga-keluarga dengan nama keluarga yang berlainan dan meneruskan jurai
keturunan klan bapanya. Secara amnya, ini
merupakan sebab utama mengapa anak lelaki diutamakan berbanding dengan anak
perempuan ketika melahirkan anak. Oleh itu, manfaat dan kelemahan sesuatu
perkahwinan adalah penting kepada seluruh keluarga, bukannya sahaja kepada
pasangan yang berkenaan. Secara sosial, sepasang suami isteri dianggap sebagai
unit asas masyarakat Cina. Dalam sejarah Cina, terdapat banyak perkahwinan yang
menjejaskan kestabilan politik negara dan hubungan-hubungan
antarabangsanya. Sejak zaman Dinasti Han, raja puak-puak asing yang kuat
seperti puak Mongol, Manchu, Xiongnu, dan Turki, sering menuntut
perempuan-perempuan daripada keluarga diraja Cina. Banyak zaman dalam sejarah
Cina juga dikuasai oleh keluarga isteri atau ibu Maharaja. Oleh itu,
perkahwinan kekadang juga berkait dengan politik.
b.
Perkahwinan Cina prasejarah
Perkahwinan dalam
Masyarakat-masyarakat Awal Dalam pemikiran Cina tradisional, orang-orang dalam
masyarakat "primitif" tidak berkahwin, tetapi melakukan hubungan seks antara satu sama lain secara
sembarangan. Mereka dianggap sebagai menghidup seperti haiwan-haiwan yang lain, dan tidak mempunyai
konsep yang tepat terhadap keibuan, kebapaan, adik-beradik, suami dan isteri,
serta jantina, apa lagi tentang penjodohan dan upacara perkahwinan. Sebahagian daripada "misi
peradaban" Konfusianisme adalah untuk mentakrifkan apa yang
dimaksudkan dengan konsep bapa atau suami, serta untuk mengajar manusia
menghormati hubungan yang wajar antara ahli-ahli keluarga dan mengawal tingkah laku seks.
Perkahwinan
antara adik-beradik, walaupun dilarang dalam kebudayaan Cina, pernah dilaporkan dalam mitologi Cina yang amat awal. Terdapat sebuah
cerita tentang perkahwinan antara Nüwa (perempuan) dan Fu Xi (lelaki) yang merupakan
adik-beradik. Ketika itu, dunia masih tidak mempunyai banyak penduduk. Adik
beradik itu hendak berkahwin tetapi mereka berasa malu. Oleh itu, mereka ke
bukit Kunlun Shan dan berdoa kepada Syurga agar
memberikan kebenaran untuk mereka berkahwin. Mereka berkata, "Jika Engkau
membenarkan kami berkahwin, sila menyelubungi kami dengan kabus. Supaya dapat melindungi rasa
malunya, Nüwa dikatakan melitupi mukanya dengan
kipas. Pada hari ini di China, pengantin-pengantin perempuan masih mengamalkan adat resam yang menyembunyikan muka mereka
dengan sebuah kipas.
Dalam
masyarakat Cina, lelaki tidak dibenarkan berkahwin dengan perempuan yang
mempunyai nama keluarga yang sama (ini tidak lagi diendahkan pada zaman
baru-baru ini ketika jumlah penduduk Cina bertambah sehingga mereka yang
mempunyai nama keluarga yang sama mungkin tidak mempunyai sebarang hubungan
antara satu sama lain). Perkahwinan tersebut diperlihatkan sebagai inses dan dianggap akan membawa risiko
terhadap kelahiran anak yang cacat. Bagaimanapun, perkahwinan antara seorang
anak lelaki dengan saudara-saudara sebelah ibunya tidak diperlihatkan sebagai
inses. Klan-klan yang berbeza mungkin mempunyai lebih daripada satu nama
keluarga. Dari segi sejarah, terdapat banyak klan yang penting yang tinggal di
sepanjang Sungai Kuning di China kuno, seperti puak Huang Di yang mempunyai nama keluarga Ji,
nama keluarga orang biasa, dan puak Yan Di yang mempunyai nama keluarga Jiang.
Oleh sebab perkahwinan dengan saudara-saudara sebelah ibu tidak dianggap
sebagai inses, keluarga-keluarga itu kekadang berkahwin antara satu generasi
dengan generasi yang lain.
Dengan masa berlalu, perpindahan orang-orang Cina semakin meningkat. Pasangan-pasangan berkahwin dalam apa yang dipanggil perkahwinan luar klan, atau lebih dikenali sebagai perkahwinan antitesis. Ini terjadi pada pertengahan Zaman Batu Baru, iaitu sekitar 5000 SM. Menurut cendekiawan-cendekiawan Cina moden daripada aliran fikiran Marxisme, sistem saka (iaitu sistem kuasa ibu) diamalkan dalam masyarakat ketika itu, dan suami-suami diperlukan tinggal dengan keluarga isterinya. Bagaimanapun, lelaki itu masih merupakan ahli keluarga kandung mereka.
Dengan masa berlalu, perpindahan orang-orang Cina semakin meningkat. Pasangan-pasangan berkahwin dalam apa yang dipanggil perkahwinan luar klan, atau lebih dikenali sebagai perkahwinan antitesis. Ini terjadi pada pertengahan Zaman Batu Baru, iaitu sekitar 5000 SM. Menurut cendekiawan-cendekiawan Cina moden daripada aliran fikiran Marxisme, sistem saka (iaitu sistem kuasa ibu) diamalkan dalam masyarakat ketika itu, dan suami-suami diperlukan tinggal dengan keluarga isterinya. Bagaimanapun, lelaki itu masih merupakan ahli keluarga kandung mereka.
Apabila suami isteri meninggal dunia, mereka
dikebumikan secara berasingan di dalam perkuburan klan masing-masing. Anak-anak
dikebumikan dengan ibu mereka.
Perkahwinan
antitesis masih berlaku di China moden. Di Yunnan, lelaki dan perempuan dalam
kelompok minoriti yang dikenali sebagai Nakhi membentuk pasangan sementara dan
mereka menggelar satu sama lain sebagai "Ahchu" dan bukannya
"suami dan isteri". "Ahchu" lelaki tinggal dan bekerja di
rumah "Ahchu" perempuan.
e.
Perkahwinan sistem saka dan monogami
Dalam
perkahwinan sistem saka, seorang lelaki yang menjadi menantu akan tinggal di
dalam rumah isterinya. Dia juga diperlukan menukarkan nama keluarganya menjadi nama keluarga isterinya.
Ini berlaku dalam peralihan daripada perkahwinan antitesis kepada monogami yang menandakan kemerosotan sistem saka serta pertumbuhan penguasaan sistem baka (iaitu sistem kuasa bapa) di China
kuno.
Perkahwinan
Cina menjadi satu adat resam antara tahun 402 - 221 SM. Sebelum zaman moden, perempuan
tidak dibenarkan memilih pasangan untuk berkahwin. Sebaliknya, keluarga
pengantin perempuan memilih bakal suaminya. Perkahwinan dipilih berdasarkan
keperluan untuk pembiakan dan nama baik keluarga, serta
keperluan bapa dan suaminya.
Walaupun China mempunyai sejarah yang lama serta banyak kawasan geografi yang berbeza, terdapat enam upacara amal pada umumnya yang secara am dikenali sebagai tiga askara dan enam etiket.
Walaupun China mempunyai sejarah yang lama serta banyak kawasan geografi yang berbeza, terdapat enam upacara amal pada umumnya yang secara am dikenali sebagai tiga askara dan enam etiket.
Perarakan
perkahwinan tradisonal Cina. Pinangan: Ketika ibu bapa seorang anak lelaki
menentukan bakal menantu perempuan, mereka akan mencari tukang risik yang kerjanya adalah untuk
mengurangkan konflik kepentingan serta rasa malu ketika membincangkan
kemungkinan perkahwinan antara dua buah keluarga yang biasanya tidak rapat atau
langsung dikenali.
Pembandingan
Hari Jadi: Jika keluarga bakal menantu perempuan tidak membantah terhadap
pinangan, tukang risik akan membandingkan hari jadi pasangan tersebut. Jika
pasangan itu adalah sesuai menurut astrologi Cina, mereka akan meneruskan ke langkah
yang berikut.
Harga pengantin perempuan (Hadiah Pertunangan): Keluarga anak lelaki akan mengatur tukang risik untuk menyampaikan harga pengantin perempuan (hadiah pertunangan), termasuk surat pertunangan) kepada keluarga bakal pengantin perempuan.
Harga pengantin perempuan (Hadiah Pertunangan): Keluarga anak lelaki akan mengatur tukang risik untuk menyampaikan harga pengantin perempuan (hadiah pertunangan), termasuk surat pertunangan) kepada keluarga bakal pengantin perempuan.
Penyampaian
Hadiah Perkahwinan: Hadiah perkahwinan berbeza-berbeza, bergantung kepada adat
resam tempatan serta kekayaan keluarga. Makanan dan makanan istimewa merupakan
hadiah yang biasa.
Pemilihan Hari Perkahwinan: Takwim Cina akan dirujuk untuk menetapkan hari yang bertuah.
Pemilihan Hari Perkahwinan: Takwim Cina akan dirujuk untuk menetapkan hari yang bertuah.
Upacara
Perkahwinan: Upacara terakhir ialah upacara perkahwinan sebenar yang menjadikan
pengantin perempuan dan pengantin lelaki sebagai suami isteri, dan terdiri
daripada beberapa bahagian yang teliti:
Perarakan Perkahwinan: Perarakan perkahwinan dari rumah pengantin perempuan bergerak ke rumah pengantin lelaki. Perarakan itu terdiri daripada sebuah tandu pengantin perempuan, sebuah pancaragam tradisional, sepasukan pengapit pengantin perempuan (jika ada), serta hantaran kahwin pengantin perempuan dalam bentuk wang.
Perarakan Perkahwinan: Perarakan perkahwinan dari rumah pengantin perempuan bergerak ke rumah pengantin lelaki. Perarakan itu terdiri daripada sebuah tandu pengantin perempuan, sebuah pancaragam tradisional, sepasukan pengapit pengantin perempuan (jika ada), serta hantaran kahwin pengantin perempuan dalam bentuk wang.
Penyambutan
Pengantin Perempuan: Perarakan perkahwinan berhenti di hadapan pintu rumah
pengantin lelaki. Terdapat upacara-upacara tertentu yang dipatuhi untuk
menyambut pengantin perempuan dan ahli-ahli perarakan ke dalam rumah pengantin
lelaki. Upacara-upacara tersebut berbeza-beza dari tempat ke tempat. Upacara
Perkahwinan Sebenar: Sepadan dengan melafazkan ikrar perkahwinan di Barat,
pasangan akan memberi penghormatan-penghormatan kepada Syurga dan Bumi, ibu
bapa pengantin lelaki, serta antara satu sama lain.
Jamuan Perkahwinan: Dalam masyarakat Cina, jamuan perkahwinan dikenali sebagai xǐ-jǐu yang secara harfiahnya bermaksud "wain kegembiraan", dan kekadang adalah jauh lebih penting daripada majlis perkahwinan pada dirinya. Adanya juga upacara-upacara seperti menuang wain atau teh untuk ibu bapa, pasangan, dan para tetamu.
Jamuan Perkahwinan: Dalam masyarakat Cina, jamuan perkahwinan dikenali sebagai xǐ-jǐu yang secara harfiahnya bermaksud "wain kegembiraan", dan kekadang adalah jauh lebih penting daripada majlis perkahwinan pada dirinya. Adanya juga upacara-upacara seperti menuang wain atau teh untuk ibu bapa, pasangan, dan para tetamu.
D. GAMBARAN TENTANG PERADABAN PERILAKU
SEHAT DAN SAKIT PADA MASYARAKAT MODERN DAN TRADISIONAL
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna ercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan
kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya.
Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun
kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya
tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar
kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian
saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks
pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran,
dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian
tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu.
Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau
ketidakmampuan manusia beradap-tasi dengan lingkungan baik secara biologis,
psikologis maupun sosio budaya. UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di
dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit:
seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek,
tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap
tidak sakit.
1.
MASALAH SEHAT DAN SAKIT
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun
masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika,
dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio
somatic health well being, merupakan resultante dari 4 faktor yaitu :
a.
Environment atau lingkungan.
b.
Behaviour atau perilaku, Antara
yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
c.
Heredity atau keturunan yang
dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
d.
Health care service berupa
program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku
merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi
rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan
peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial,
perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang
ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors, ayurveda dosha, yin dan yang. Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan paradigma sehat.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors, ayurveda dosha, yin dan yang. Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan paradigma sehat.
2.
Paradigma sehat
Cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat
holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai
masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral,
dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan
perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan
penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap
kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan
dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap
mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut
menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan dari pada
mengobati penyakit. Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang
mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural
Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman. Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun fungsional tubuh.
Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang membahas pengetahuan sehat-sakit pada aspek sosial budaya dan perilaku manusia; serta khusus pada interaksi antara beberapa aspek ini yang mempunyai pengaruh pada kesehatan dan penyakit. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula dalam kebudayaan lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.
Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman. Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun fungsional tubuh.
Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang membahas pengetahuan sehat-sakit pada aspek sosial budaya dan perilaku manusia; serta khusus pada interaksi antara beberapa aspek ini yang mempunyai pengaruh pada kesehatan dan penyakit. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula dalam kebudayaan lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.
E.
PERADABAN INTERGRITAS KESEHATAN DAN IPTEK KES
DI BERBAGAI SOSIAL BUDAYA
Istilah
sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya
dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu,
sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek.
Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well-being, and not merely the absence of disease or infirmity. WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya, Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.
Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well-being, and not merely the absence of disease or infirmity. WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya, Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar.
Cara
hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan
munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga
dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua
konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat
Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,
makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh,
termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
Konsep sehat sakit yang dianut
pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat,
yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh
kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti
suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas
sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan
yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan
seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang
yang sehat.
Sedangkan konsep Personalistik
menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen
aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh
jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
Menelusuri nilai budaya, misalnya
mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik
Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala
massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta
secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat
tersebut.
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup di dalamnya. Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala. Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia. Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga yang merasa tercemar bila salah seorang anggota keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang sangat berat.
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya, dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup di dalamnya. Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala. Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia. Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga yang merasa tercemar bila salah seorang anggota keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik Islam dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang sangat berat.
Orang tua, keluarga sangat menolak
anaknya didiagnosis kusta. Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di
Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil diskusi
kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika
menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel,
kurus kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak
bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan, panas dingin, pusing,
lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, diare. Sedangkan hasil diskusi kelompok
di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik
tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas, batuk
pilek, mencret, muntah-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki
dan perut bengkak.
Seorang pengobat tradisional yang
juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik
mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit
badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi,
penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan
lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.
Pada penyakit batin tidak ada tanda-tanda di badannya, tetapi bisa
diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya
lincah, kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan
terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit-sakit badan.
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat
beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap
bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang
menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku
rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika
lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering” (tidak
punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3
bagian yaitu :
a.
Karena pengaruh gejala alam
(panas, dingin) terhadap tubuh manusia
b.
Makanan yang diklasifikasikan
ke dalam makanan panas dan dingin.
c.
Supranatural (roh, guna-guna,
setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke
dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan,
dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus
dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya
penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.
Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :
a.
Sakit demam dan panas.
Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau
masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu
putih yang dingin atau beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit
adem meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek
(campak) disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas.
b.
Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan
makanan pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi,
encer, dan lain-lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan
pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa
Tenggara Barat) obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba
dan lain-lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya
tidak tepat.
c.
Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan
kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan
di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah
dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang
ditutupi jaring.
d.
Sakit tampek (campak)
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan
saat panas terik, atau kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan
membalur anak dengan asam kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau
memberikan daun suwuk, yang menurut kepercayaan dapat mengisap penyakit.
e.
Kejadian Penyakit
Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif
terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan
penyebab bermacam-macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat
yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya. Ditinjau dari segi biologis
penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi
kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari
keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan
biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh
kelainan emosional dan psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan
psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau
ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia atau kebudayaan.
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantung jenis
penyakit. Secara umum konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain
parasit, vektor, manusia dan lingkungannya. Para ahli antropologi kesehatan
yang dari definisinya dapat disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh
perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya,
tingkah laku penyakitnya dan cara-cara tingkah laku penyakitnya mempengaruhi
evolusi kebudayaannya melalui proses umpan balik (Foster, Anderson, 1978).
Penyakit dapat dipandang sebagai suatu unsur dalam lingkungan
manusia, seperti tampak pada ciri sel-sabit (sickle-cell) di kalangan penduduk
Afrika Barat, suatu perubahan evolusi yang adaptif, yang memberikan imunitas
relatif terhadap malaria. Ciri sel sabit sama sekali bukan ancaman, bahkan
merupakan karakteristik yang diinginkan karena memberikan proteksi yang tinggi
terhadap gigitan nyamuk Anopheles.
Bagi masyarakat Dani di Papua, penyakit dapat merupakan simbol
sosial positif, yang diberi nilai-nilai tertentu. Etiologi penyakit dapat
dijelaskan melalui sihir, tetapi juga sebagai akibat dosa. Simbol sosial juga
dapat merupakan sumber penyakit. Dalam peradaban modern, keterkaitan antara
simbol-simbol sosial dan risiko kesehatan sering tampak jelas, misalnya remaja
merokok.
Suatu kajian hubungan antara psikiatri dan antropologi dalam konteks perubahan sosial ditulis oleh Rudi Salan (1994), berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater; salah satu kasusnya sebagai berikut : Seorang perempuan yang sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan vitamin dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh.
Suatu kajian hubungan antara psikiatri dan antropologi dalam konteks perubahan sosial ditulis oleh Rudi Salan (1994), berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater; salah satu kasusnya sebagai berikut : Seorang perempuan yang sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan vitamin dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh.
Menurut pasien penyakitnya disebabkan karena “darah kotor” oleh
karena itu satu-satunya jalan penyembuhan adalah dengan makan makanan yang
bersih , yaitu `mutih’ (ditambah vitamin seperlunya agar tidak kekurangan
vitamin) sampai darahnya menjadi bersih kembali. Bagi seorang dokter pendapat
itu tidak masuk akal, tetapi begitulah kenyataan yang ada dalam masyarakat.
BAB III
PENUNUTUP
Kesimpulan
Demekian makalah tentang menjelaskan
peradaban budaya,peradaban social ekonomi,peradaban keluarga,perdaban perilaku
sehat dan sakit pada masyarakat modern dn tradisional dan peradaban intergritas
pelayanan kesehatan dan IPTEK KES pada berbagai social budaya mayarakat.Saya
buat semoga dapat berguna bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
‘’ Buku Makalah
Tentang Peradaban Budaya Di China Dan Perdaban Sosial Ekonomi Di China,peradaban
keluarga,peradaban perilaku sehat san sakit pada masyarakat modern dan
tradisional dan peradaban intergrtas pelayanan kesehatan dan IPTEK KES pada
berbagai social budaya masyarakat ‘’
MAKALAH TRANSKULTURAL
(Makalah ini
diajukan untuk memenuhi tugas Transkultural)
Disusun oleh:
AHMAD RIPAI
NIM:
4201.0111.A.003
DOSEN: ASIAH, S.Kep, Ners
Prodi: S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKes
CIREBON
Jl.Brigjen
Dharsono No. 12 B Cirebon Telp. (0231) 247852
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Makalah Mata Kuliah Keperawatan Transkultural
untuk memenuhi daripada tugas Uas Keperawatan Transkultural mengenai budaya
Mesir.
Maksud dan
tujuan pembuatan makalah ini, guna untuk mengenal lebih dalam mengenai berbagai
macam budaya di Mesir dan menambah
nilai-nilai pengetahuan budaya di berbagai
negara.
Saya juga sangat
berterimakasih kepada berbagai pihak seperti, Orang Tua Saya yang sudah
mendukung dalam pembuatan Makalah ini, Dosen yang sudah memberi tugas,
teman-teman yang sudah membantu saya dalam pembuatan Makalah, pihak Print Out yang telah membantu
percetakannya.
Saran dan kritik
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan Makalah ini. Kepada
Mahasiswa/Mahasiswi yang telah menggunakan buku/makalah ini, kami ucapkan terimakasih. Semoga
buku ini bermanfaat khususnya bagi pembaca dan bagi masyarakat pada umumnya.
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. .. i
DAFTAR
ISI............................................................................................................. .. ii
BAB I PENDAHULUAN......................... ........................................................... 1
A.
Latar lelakang ................................................................................. .. 1
B.
Tujuan............................................................................................. .. 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 2
A.
Gambaran tentang Peradaban Budaya
di china................................. 2
B.
Gambaran tentang Sosial Ekonomi
china........................................ .. 4
C.
Gambaran tentang Peradaban
Keluarga Di china. ............................. 9
D.
Gambaran peradaban Perilaku
sehat-Sakit Pada masyarakat
Modern dan
tradisional Di china........................................................ 10
E.
Peradaban Intergritas Kesehatan
dan IPTEK Kes di Berbagai
Sosial Budaya Masyarakat
Di china................................................... 19
BAB III PENUTUP.....................................................................
............................... 27
Kesimpulan
...........................................................................
…………... .. 27
Daftar Pustaka
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar